• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MERENDA CENTER OF EXCELLENCE PT

Hari Ahad dan Senin, 26-27 September 2010, saya dilibatkan di dalam acara yang dikaitkan dengan program konsolidasi dan Sosialisasi Program Bantuan Kementerian Agama, yang dilaksanakan oleh Sub Direkorat Perpustakaan, Bantuan dan Beasiswa. Program ini merupakan bagian dari upaya untuk mengkoordinasikan dan menyosialisasikan  tentang program bantuan yang dikucurkan oleh Kementerian Agama. Acara ini dikoordinasi oleh Dra.Ida Nor Qosim, MPdI, yang memang memiliki tupoksi untuk mendistribusikan berbagai bantuan dari Kementerian Agama.

Mengapa Perguruan Tinggi (PT) harus menjadi center of excellence? Mengapa  diperlukan wilayah untuk pengembangan center of excellence? Apakah ada keraguan tentang pengembangan sebagai center of excellence yang selama ini sudah dilakukan oleh PTN, sehingga diperlukan pusat-pusat keungulan sebgaimana yang diinginkan?

Memang ada beberapa pandangan tentang pentingnya center excellence bagi PT, yaitu: pertama, ada anggapan  secara historis bahwa untuk menjadi pusat keunggulan harus diperhatikan tentang banyak hal. Berdasarkan pandangan historis dinyatakan bahwa pola pengembangan pusat keunggulan di masa lalu sudah dilakukan. Misalnya, di dalam institusi pendidikan Islam (pesantren) ternyata di masa lalu sudah berbasis pada pusat-pusat keunggulan. Ada pesantren yang menjadi center of excellence fiqh seperti pesantren Tebuireng Jombang, center of excellence tarekat terdapat  di pesantren Darul Ulum Jombang, center of excellence bahasa Arab di Pesantren Sarang dan sebagainya. Secara historis keberadaan pesantren pada zaman dulu memang seperti itu. Artinya bahwa pada masing-masing pesantren terdapat kekhususan yang menjadi ciri khasnya.

Sistem ini juga diadaptasi oleh institusi pendidikan tinggi umum. Misalnya kedokteran lalu identik dengan universitas Airlangga, ilmu budaya melekat pada UGM, ilmu sosial dan ekonomi terkait dengan UI, ilmu teknologi terkait dengan ITB, dan sebagainya. Di dunia pendidikan tinggi, center of excellence  ternyata memang terkait dengan sejarah PT tersebut dan banyaknya ahli yang memiliki kompetensi yang relevan dengan keunggulannya.

Pandangan kesejarahan ini ternyata sudah tidak relevan lagi, sebab banyak institusi yang kemudian terus mengejar keunggulan yang memang dicita-citakan. Makanya kemudian muncul paradigma kedua, yang beranggapan bahwa keunggulan secara sosiologis bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan yang bersangkutan telah berusaha secara maksimal. Oleh karena itu, maka dewasa ini sudah terdapat variasi-variasi keunggulan di berbagai tempat. Hal ini tentu saja terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh masing-masing PT.

PT memang harus menjadikan dirinya sebagai center of excellence. Hal ini tentu saja terkait dengan keharusan PT untuk mengembangkan keunggulan yang memang dibutuhkan di era sekarang. Hanya saja bahwa banyak PT yang belum melakukan pemetaan secara maksimal tentang apa yang sesungguhnya bisa dijadikan sebagai center of excellence tersebut.

Di tengah persaingan yang semakin kuat dewasa ini, maka setiap PT harus terus berusaha agar memiliki pusat keunggulan. Kita tahu, bahwa institusi pendidikan tinggi memang memanggul lima tugas kependidikan. Ada jasa kurikuler, jasa non kurikuler, jasa penelitian, jasa pengabdian masyarakat dan jasa administrasi.

Jasa administrasi misalnya terkait dengan pelayanan, maka sekarang sudah saatnya pelayananpun harus terukur melalui standart pelayanan yang memadai. Untuk ini, maka pelayanan yang berbasis ISO 9000, misalnya menjadi penting untuk diraih dan diperoleh. 

Bahkan misalnya beberapa perguruan tinggi sudah mencantumkan standart internasional tersebut di dalam surat menyurat. Bahkan juga peringkat internasional lainnya, seperti peringkat Webometrics dan peringkat perguruan tinggi unggulan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Di tengah kompetisi PT,  maka berbagai usaha sudah dilakukan, termasuk melakukan berbagai pengembangan institusi, pengembangan kualitas PBM, pengembangan kapasitas dosen, mahasiswa dan sebagainya. Usaha ini tentu dilakukan di dalam kerangka untuk menjadi bagian dari center of excellence  yang memang diniscayakan.

Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam telah mencoba untuk melakukan pembagian sesuai dengan wilayah dan kapasitas untuk pengembangan center of excellence ini, baik di PTAIN maupun PTAIS, misalnya centerof excellence ilmu fiqh di IAII Salafiyah Syafiiyah Situbondo, center of excellence ilmu dakwah di IAIT Kediri, kemudian center of excellence Bahasa Arab di UIN Malang, Ilmu Al-Qur’an di UNSIQ, Tafsir Hadits di IAIN SA dan sebagainya.

Di IAIN Sunan Ampel, misalnya untuk program studi tafsir hadits sudah menjelma menjadi kelas internasional yang peminatnya relatif memadai. melalui program pemihakan yang dilakukan oleh Kementerian Agama dan selanjutnya menjadi pemihakan oleh Institusi pendidikan setempat, maka program ini sekarang sudah menjadi program unggulan.

Jadi yang sesungguhnya diperlukan di era kompetisi ini adalah kemampuan melihat potensi yang dimiliki oleh PT dan kemudian diusahakan adanya pemihakan secara total terhadap program yang diinginkan untuk menjadi center of excellence. Melalui cara ini, maka program tersebut secara pasti akan dapat menjadi tumpuan unggulan di masa depan.  

Oleh karena itu, maka yang diperlukan oleh pimpinan PT adalah bagaimana merumuskan kebijakan yang memihak kepada rencana untuk menumbuhkan unggulan-unggulan tersebut.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini