• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRADISI MUDIK YANG UNIK

Tradisi mudik adalah tradisi Indonesia yang saya rasa sangat unik. Tradisi ini rasanya tidak akan dijumpai di negara-negara lain. Bahkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam, maka tradisi mudik ini tidak dijumpai. Yang ada adalah tradisi silaturahmi yang memang sudah ada semenjak lama, yaitu ketika Islam turun di Negara Arab. Jika tradisi silaturahmi memang ada relevansi teksnya, misalnya Sabda Nabi Muhammad saw, “man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yashil rahimah”. Yang artinya, bahwa “barang siapa mempercayai Allah dan hari akhir, maka hendaknya menyambung tali silaturahmi”.

Kemudian, di dalam tradisi Jawa juga didapatkan tradisi sungkeman, yaitu tradisi yang dilakukan oleh yang lebih muda kepada yang lebih tua atau dari anak, cucu atau kerabat yang lebih muda kepada yang lebih tua atau dituakan. Misalnya di dalam tradisi mantenan atau perkawinan, dan bahkan ketika ada acara pertemuan keluarga dan sebagainya.

Tradisi mudik adalah dialog antara tradisi Islam dengan tradisi Jawa, yaitu tradisi silaturrahmi dengan tradisi sungkeman di dalam tradisi Jawa. Jika di dalam tradisi Islam memang didapatkan teks mengenai aktivitas untuk  saling berkunjung ke rumah, maka di dalam acara sungkeman yang khas Jawa adalah tradisi yang sesungguhnya diprakarsai oleh para raja dan keturunannya,  namun juga menjadi tradisi masyarakat yang masih mengagungkan budaya Jawa. Hingga kini tradisi ini memang masih menjadi pola bagi tindakan sebagian masyarakat kita.

Tradisi mudik terjadi ketika seseorang berada atau bekerja di luar daerah keluarga besarnya. Bukankah kita ketahui bahwa yang banyak hidup di Jakarta, Surabaya, Jogyakarta, Bandung, Semarang, Surakarta dan kota-kota besar lainnya adalah mereka yang semula berasal dari seluruh pelosok di Indonesia. Makanya jalur-jalur padat kendaraan pada musim mudik adalah pantai utara Jawa dari Jakarta sampai Banyuwangi, Jalur selatan Bandung, Jogja, sampai Pacitan dan jalur lintas Sumatera sampai ke Medan.

Orang luar negeri mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana terjadi kemacetan sepanjang berpuluh-puluh kilometer. Bukan hanya sekedar macet, akan tetapi juga banyak terjadi kecelakaan. Kemacetan bukan hanya terjadi di jalur biasa bahkan di  jalan tol. Tidak hanya dua tiga jam,  akan tetapi bisa enam tujuh  jam.

Kemacetan seperti ini sungguh tidak akan terjadi di luar negeri. Menurut saya bukan hanya karena jalan yang sempit, akan tetapi memang jumlah pemudik juga terus bertambah seirama dengan perbaikan kesejahteraan. Selain itu juga semakin banyaknya jumlah kendaraan yang digunakan sebagai sarana transportasi darat.

Jika kita dengar dan lihat di layar kaca, maka sungguh tradisi mudik adalah tradisi yang penuh tantangan. Semua alat transportasi penuh sesak dengan penumpang. Bus antar propinsi, kereta api dan penerbangan juga penuh sesak dengan penumpang. Di terminal, di stasiun, di bandara semuanya penuh dengan penumpang dari dan ke kota lain. Semuanya memiliki tujuan yang sama, mudik.  

 Selain kemacetan yang sangat tinggi, juga factor cuaca yang kurang bersahabat. Bahkan juga banyaknya kecelakaan di jalan raya. Namun demikian, tantangan ini seakan bukanlah masalah. Kemacetan yang selalu dirasakannya, juga tidak menyurutkan niat seseorang  untuk mudik. Pengalaman setiap tahun yang selalu berkubang kemacetan ternyata juga tidak mengurangi sedikitpun keinginan untuk mudik.

Mungkin bagi orang luar negeri, perjalanan mudik adalah penyiksaan dan bahkan pengalaman yang traumatic. Akan tetapi kemacaten bagi para pelaku mudik adalah bagian dari tradisi mudik. Bahkan jika seandainya mudik tanpa macet, maka tradisi mudik menjadi kurang bermakna. Justru mudik yang penuh dengan kemacetan dan kesulitan itu bisa dilampaui maka rasa mudik menjadi sebuah cerita yang menarik.

Maka memikirkan mudik tanpa macet rasanya juga tidak menjadi signifikan. Yang penting adalah bagaimana  mengatur agar ketika terjadi kemacetan mereka tetap nyaman berkendaraan. Hanya saja yang diperlukan adalah bagaimana menihilkan kecelakaan di saat mudik. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah memanej perjalanan kendaraan agar sesuai dengan aturan.

Jadi, tradisi mudik merupakan tradisi yang khas dan kemacetan di dalam tradisi mudik juga menjadi bagian dari festival mudik yang memang harus terjadi.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini