MENYAMBUT LEBARAN
Tanpa terasa kita sudah memasuki detik-detik akhir pelaksanaan puasa Ramadan. Mungkin di antara kita bisa merasakan bagaimana kegembiraan karena kita sudah bisa melaksanakan puasa selama sebulan penuh. Tetapi dibalikitu juga ada yang merasakan bahwa mulai besuk kita akan ditinggalkan oleh bulan puasa. Bukankah bulan puasa merupakan instrument yang paling istimewa di dalam menebus seluruh dosa yang telah kita lakukan selama satu tahun. Sehingga ketika kita ditinggalkan oleh bulan puasa, maka ada semacam perasaan bahwa kita telah ditinggalkan oleh instrument pengampunan dosa tersebut.
Allah memang sudah memberikan semacam kesempatan yang luar bisa untuk kita semua agar bisa menjadikan bulan puasa sebagai bulan ibadah atau syahrun ibadah. Sehingga semua potensi untuk melakukan peribadahan juga dilakukansecara maksimal. Lalu, bulan puasa juga dimaknai sebagai bulan muhasabah atau bulan di mana kita diberi kesempatan oleh Allah untuk melakukan muhasabah atau perhitungan atau introspeksi tentang apa yang telah kita lakukan selama setahun sebelumnya.
Kemudian ketika bulan ibadah dan bulan muhasabah tersebut dapat dimaksimalkan, maka manusia akan memasuki kawasan bulan maghfirah. Alangkah indahnya bulan maghfirah itu. Bulan pengampunan yang tentu diidamkan oleh semua umat Muhammad saw. Jika orang memperoleh ampunan dari Allah, maka dia akan terbebas dari dosanya yang telah lalu.
Nabi Muhammad Saw bersabda: “man shoma ramadlona imanan wahtisaban ghufiro lahu ma taqaddama min dzanbihi”, yang artinya: “barangsiapa melakukan puasa dengan penuh keimanan dan instrospeksi diri, maka dia akan diampuni dosanya setahun yang akan datang”. Hadits ini merupakan berita gembira bagi para pelaku puasa. Jadi orang yang melakukan puasa diberikan berita menggembirakan dari Allah, yaitu akan diampuni dosanya yang akan dating.
Tentu lalu kita tidak boleh berpikir bahwa sudahlah kita lakukan dosa di tahun yang akan dating, sebab sudah diampuni dosanya oleh Allah. Pemikiran seperti ini tentu saja salah. Sebab pemikiran seperti ini tentu saja menggunakan logika yang salah. Yang benar adalah bahwa implikasi puasa justru ketika kita tidak lagi melakukan kesalahan.
Jika secara vertical kita telah melakukan peribadahan yang sangat baik, maka pada gilirannya kita juga perlu untuk meminta maaf secara horizontal, yaitu meminta maaf kepada sesame umat manusia. Sebab kesalahan kepada sesame manusia hanya akan terhapuskan selama yang bersangkutan telah meminta maaf kepada sesame manusia. Makanya, dihari yang baik ini sudah pasti kita akan melakukan tindakan meminta maaf kepada sesame manusia tersebut.
Itulah sebabnya di hari-hari ini sudah kita lihat orang berhilir mudik untuk meminta maaf kepada sesamanya. Ada anak yang datang ke orang tuanya. Ada orang yang datang kepada saudaranya. Ada murid yang datang kepada gurunya, ada orang yang datang ke tetangganya dan sebagainya.
Makanya, ketika memasuki hari fitri, maka kita sudah menjadi nol atau tanpa dosa. Sering kita dengar ungkapan, sekarang kita nol nol. Artinya, bahwa sudah tidak ada lagi dosa antar sesame manusia.
Selamat hari raya iduk fitri 1431H, semoga semuanya di dalam rahmat, taufq dan hidayah Allah swt. Amin.
Wallahu a’lam bi al shawab.