MEETING BERBASIS MULTIKULTURALISME
Saya merasa sangat gembira karena diundang untuk acara berbuka bersama oleh Duta Besar Kanada di Indonesia (01/09/2010). Acara digelar sangat sederhana di kediamannya di Jalan Sriwijaya Raya 12 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Semula saya menduga bahwa acara ini akan digelar besar-besaran mengingat bahwa acara ini digelar oleh Duta Besar dari negara besar, Kanada. Ternyata dugaan saya salah, sebab acara ini memang hanya mengundang beberapa akademisi dan para kuli tinta. Di antara akademisi yang diundang adalah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan IAIN Sunan Ampel. Kemudian dari media, misalnya Harian Rakyat Merdeka, Lingkar Media dan sebagainya.
Yang menarik adalah pidato Duta Besar Kanada, Mackenzie Clugston, bahwa di Kanada juga terdapat umat Islam kira-kira sebanyak 2 persen dari populasi penduduk di Kanada. Dan isu yang sering menjadi perbincangan di sini terkait dengan agama dan masyarakat adalah tentang kasus-kasus di Afghanistan, Pakistan, Jalur Gaza dan keadaan masyarakat Islam di negara-negara lain yang minoritas.
Islam di Kanada telah menjadi bagian dari masyarakat Kanada secara umum. Artinya, bahwa masyarakat Islam di sana telah menjadi satu dengan masyarakat secara umum. Mereka merasakan sebagai bagian dari masyarakat yang harus menjunjung ekualitas, kebersamaan, dan tanggung jawab. Relasi antara warga masyarakat memang tidak berbasis agama akan tetapi berbasis kepentingan yang lebih luas.
Kanada memang harus belajar kepada Indonesia dalam mengelola multikulturalisme itu. Sebab Kanada juga sudah menjadi negara multukultural. Di Montreal misalnya merupakan propinsi dengan tingkat multikulturalisme yang tinggi. Hampir seluruh etnis di dunia ini ada di sini. Ada kampong Cina, ada masyarakat Asia secara umum, Afrika Utara ,Timur Tengah dan juga Eropa. Mereka menyatu di dalam satu kesatuan dalam ikatan social yang teratur.
Menurutnya, di Indonesia, multikulturalisme telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Mereka juga dapat hidup damai antara satu dengan lainnya. Dan yang sangat menarik adalah tentang pelaksanaan ibadah puasa. Di bulan ramadlan ini semangat untuk menjalankan ibadah menjadi sangat tinggi. Hampir seluruh masyarakat Islam di Indonesia melaksanakan ibadah puasa dengan gegap gempita. Mereka melaksanakan ibadah puasa dengan penuh semangat.
Kemudian juga acara selepas puasa, yang disebut sebagai lebaran. Acara ini sangat menarik sebab semua masyarakat merayakannya. Acara mudik menjadi acara yang sangat menarik untuk dicermati. Di dalam hal ini, bagaimana masyarakat mengapresiasi terhadap kehadiran lebaran dengan gemuruh dan gegap gempita. Semua menjadikan lebaran sebagai momentum untuk merayakannya dengan acara mudik dan saling memaafkan.
Bagi Duta Besar Kanada, Mackenzie Claugston, bahwa kehidupan yang multicultural ini tentu penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, beliau memiliki gagasan agar ada kegiatan untuk menyelenggarakan workshop tentang multikulturalisme.
Acara ini dianggap penting untuk menjadi acara saling mempelajari dan memahami bagaimana implementasi multikulturalisme sebagai bagian penting dari kehidupan bersama. Indonesia dan Kanada memiliki kesamaan sebagai negara yang multicultural, sehingga belajar bersama mengenai pengalaman mengelola multikulturalisme merupakan sesuatu yang sangat penting.
Wallahu a’lam bi al shawab.
