• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DATA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR

Ada sesuatu yang menarik dari program pengentasan kemiskinan di Jawa Timur. Yaitu program pengentasan kemiskinan berbasis data by name by address. Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo, di dalam banyak kesempatan, selalu menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan harus berbasis data yang kongkrit. Sebab jika tidak maka pengentasan kemiskinan akan selalu menuai kegagalan. Pengalaman pengentasan kemiskinan yang tidak menggunakan konsep by name by address, hanya akan menghasilkan program yang tidak jelas sasarannya.

Konsep ini terasa sangat penting di tengah berbagai program pengentasan kemiskinan yang selalu tidak tepat sasaran. Semenjak Orde Baru, maka program pengentasan kemiskinan sudah diselenggarakan oleh pemerintah dengan berbagai variasinya. Seluruh program tersebut, jika tidak dinyatakan gagal,  akan tetapi kenyataannya belum mampu memberikan sumbangan secara signifikan di dalam pengentasan kemiskinan.

Terbukti bahwa secara nasional, angka kemiskinan tersebut masih tinggi. Jika di tahun 2008 berkisar 17,75 persen dari total penduduk Indonesia, maka setahun berikutnya hanya menyumbang pengentasan kemiskinan sebanyak kira-kira 3 persen. Dari angka pengurangan kemiskinan kira-kira 3 persen tersebut, sebanyak 30 persen disumbangkan oleh Jawa Timur.

Melalui  unit analisis Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2009, maka ditemukan ada tiga kelompok RTM, yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM). Secara keseluruhan, jumlah RTM di Jawa Timur sebanyak 3.079.822 , yang tersebar di 29 kabupaten dan 9 kota.

Dari sebanyak angka tersebut, maka jumlah riilnya adalah RTHM (near poor) sebanyak 1.330.696 atau 43 persen, RTM (poor) sebanyak 1.256.122 atau 41 persen dan RTSM (very poor) sebanyak 493.004 atau 16 persen. Agar data ini valid, maka tentunya diperlukan verifikasi yang sangat mendasar, sehingga akan diketahui siapa dan apa kebutuhannya.

Tentang siapa maka harus jelas siapa namanya, di mana alamatnya, berapa umurnya, dan bagaimana posisinya di dalam rumah tangga. Kemudian jika namanya sudah diketahui, maka lalu dikaji apa yang sesungguhnya yang menjadi kebutuhannya. Mengapa perlu dikaji secara mendalam tentang kebutuhannya, sebab pemberian bantuan harus relevan dengan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.

Jika misalnya unit RTM tersebut adalah orang tua perempuan janda yang mana orang tersebut hidup sendirian, maka yang dibutuhkan adalah bantuan  langsung tunai  (BLT). Orang seperti ini, maka sudah tidak lagi memerlukan pekerjaan, akan tetapi apa yang harus dimakan esok pagi. Makanya, bantuan langsung akan menjadi sangat bermanfaat baginya.

Di dalam hal ini, maka yang dibutuhkan adalah biaya untuk hidup selama sebulan. Jadi tinggal menghitung berapa kebutuhannya setiap bulan dan kemudian diberikan BLT sesuai dengan kenyataan kehidupannya.

Terhadap RTM, maka yang diperlukan adalah pemberian insentif yang relevan dengan kebutuhannya. Terhadap yang seperti ini, maka harus dilakukan pendataan tentang penyebab kemiskinannya. Apakah tidak memiliki pekerjaan, atau tidak memiliki lahan pertanian untuk bekerja ataukah tidak memiliki sumber keahlian untuk bekerja. Melalui pendataan yang valid, maka akan dihasilkan tentang apa yang sebenarnya menjadi kebutuhannya. Kemudian tugas pengentasannya adalah menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Misalnya, mereka membutuhkan bantuan untuk usaha di bidang peternakan atau lainnya. Pemberian bantuan sangat ditentukan oleh apa yang menjadi kebutuhannya.

Terhadap RTHM, maka yang dibutuhkan adalah bagaimana agar mereka menjadi lebih sejahtera. Untuk kepentingan ini maka yang diperlukan adalah membantu agar potensi yang sedikit sudah dimiliki dapat lebih diaktualkan. Mereka  kemudian diberikan suntikan agar bisa menjadi lebih berdaya. Mungkin terhadap kelompok ini lalu perlu diberikan suntikan modal untuk mengembangkan variasi-variasi usahanya.

Berbagai pengungkit ini dirasakan sangat penting. Dan saya berkeyakinan bahwa melalui pendataan yang tepat, maka akan dihasilkan program yang relevan dengan realitasnya. Melalui implementasi konsep by name by address, maka pengentasan kemiskinan akan dapat memiliki dampak positif yang signifikan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini