MAHASISWA DAN MASA DEPAN BANGSA
Di dalam acara pembukaan orientasi studi dan pekan cinta almamater (OSCAR), 07/08/2010, saya sampaikan bahwa tugas dan amanah yang diberikan orang tua hendaknya dijaga dengan sepenuh hati. Semua mahasiswa baru harus pulang ke rumah masing-masing dengan gelar kesarjanaan. Tanpa pulang dengan membawa lembaran ijazah kesarjanaan berarti kegagalan. Dan hal itu menunjukkan bahwa kita telah memenangkan pertarungan di dalam suatu faset kehidupan.
Dewasa ini sesungguhnya sedang terjadi tesisnya Darwin tentang survival of the fittest. Bukan berlaku untuk dunia biologis akan tetapi terjadi dalam dunia sosial. Manusia di tengah kompetsi kehidupan tersebut, layaknya berada di dalam sebuah medan pertarungan untuk memperebutkan kehidupan. Siapa yang kompetitif, maka dialah yang akan mampu bertahan.
Demikianlah yang kita lihat sekarang. Jika diamati dalam dunia kerja, maka mereka yang bisa memasuki dunia kerja adalah mereka yang mampu bertahan di dalam persaingan. Jika tidak mampu, maka akan tergeser. Oleh karena itu agar terus mampu bertahan, maka dialah yang akan menjadi pemenang. Hanya ada dua kata dalam era global dan kompetitif ini, yaitu menjadi the winner atau menjadi the losser.
Semua tentu ingin menjadi the winner. Persyaratan untuk menjadi the winner adalah kesiapan berkompetisi. Setiap institusi pendidikan harus menyiapkan mahasiswa agar menjadi pemenang. Untuk menjadi pemenang, tentu harus dipersiapkan secara memadai, yaitu pendidikan hard skill dan soft skill.
Di dalam pendidikan yang bersearah dengan hard skill, maka mahasiswa harus dipersiapkan dengan secara memadai tentang penguasaan materi pendidikannya. Tidak hanya lulus, akan tetapi juga menguasai secara maksimal disiplin keilmuannya. Dan kemudian menguasai soft skill yang berupa kemampuan berkomunikasi, beradaptasi dan bersosialisasi diri di tengah kebutuhan kerja. Adakalanya terdapat seseorang yang memiliki keahlian sangat baik dalam bidangnya, akan tetapi gagap dalam menghadapi dunia social yang beraneka ragam. Bahkan gagal dalam melakukan adaptasi dan komunikasi dengan dunia sosialnya.
Untuk meraih dua tujuan sekaligus, maka diharapkan bahwa mahasiswa akan memperoleh dua hal, yaitu penguatan kompetensi akademis dan kompetensi social dan kepribadian. Arah ini bisa dilampaui melalui jalur penyiapan pendidikan yang multi purposes tersebut.
Acara pengenalan atau orientasi studi dan cinta almamater tentu mengandung maksud agar mahasiswa mengenal secara mendalam tentang lembaga pendidikannya. Di dalam kerangka ini, maka penguatan pengetahuan tentang institusi dan program pendidikan di dalam institusi menjadi sangat urgen.
Di tengah dunia kompetisi yang semakin ketat, maka kesiapan kemampuan hard skill dan soft skill menjadi sangat dibutuhkan. Dalam banyak kesempatan selalu saya nyatakan bahwa seseorang bisa sama dalam penguasaan akademis dilihat dari program studi yang ditempuhnya, akan tetapi respon pasar akan menjadi berbeda karena kelebihan yang dimiliki oleh satu lembaga tertentu. Alumni prodi Sejarah Peradaban Islam akan dapat dinilai oleh pasar secara berbeda, jika yang satu hanya memiliki hard skill, sementara yang lainnya memiliki kemampuan soft skill dan bahkan kompetensi tambahan. Makanya, seseorang akan mampu bersaing dengan lainnya ketika yang bersangkutan memiliki kemampuan dalam bentuk keunggulan komperatif dan juga memiliki keunggulan kompetitif.
Kompetisi adalah kata yang sangat sakti di era globalisasi. Oleh karena itu kata kompetisi juga memasuki seluruh kawasan kehidupan umat manusia. Tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga di bidang pendidikan. Maka kompetisi menjadi bagian dari seluruh peri kehidupan umat manusia dalam segala tempat dan waktu.
Orientasi studi merupakan awal dari pengenalan mahasiswa baru terhadap seluruh program yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi. Di dalam hal ini, maka yang sesungguhnya diperlukan sebagai titik tekan di dalam kerangka memberikan gambaran tentang orientasti studi adalah tentang bagaimana menjadi mahasiswa yang merupakan instrumen di dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang terdidik.
Sebagai manusia terdidik atau well educated, maka menjadi mahasiswa berarti menjadi instrumen dalam rangka untuk peningkatan kualitas indeks pengembangan manusia (IPM). Oleh karena itu menjadi mahasiswa berarti menjadi bagian dari usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia ke arah yang lebih baik di masa depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.