• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

RUMAH ASPIRASI DPR

Memang ada-ada saja lakon DPR. Sebagai lembaga yang menjadi representasi masyarakat memanglah pantas kalau selalu menjadi sorotan. Tentang anggaran, DPR juga paling disosot. Akhir-akhir ini terdapat dua hal yang hangat dibicarakan, yaitu tentang dana aspirasi masyarakat yang kemudian bisa dimentahkan oleh banyak LSM dan kaum akademisi.

Kemudian muncul lagi gagasan yang lebih gress, yaitu: Dana Rumah Aspirasi. Bisa saja pemberian nama ini terpengaruh oleh banyaknya Rumah Kreasi, atau Rumah Aspirasi yang sudah digulirkan oleh para akademisi atau para politisi. Bukankah Rhenald Kasali sudah memiliki Rumah Kreasi, Rizal Ramli memiliki Rumah aspirasi dan lain sebagainya. Jika Rumah Kreasinya Rhenald Kasali menjadi rumah kreasi entrepreneurship, maka rumah Asprasinya Rizal Ramli menjadi rumah aspirasi politik. Selain itu juga ada Rumah Zakat dan sebagainya.

Saya tentu tidak berpikir negatif dulu tentang Rumah Aspirasi ini. Saya tetap berkeyakinan bahwa apapun yang digagas oleh orang atau sekelompok orang, apalagi DPR pasti memiliki dasar pemikiran yang kuat dan relevan dengan kebutuhan yang mereka ingin penuhi. Dan seperti kita ketahui bahwa DPR sebagai wakil rakyat tentu harus tahu tentang apa yang sesungguhnya menjadi aspirasi masyarakat tersebut.

Menurut kenyataannya, bahwa DPR memang telah memiliki banyak sarana untuk melakukan jaring aspirasi itu. Antara lain, masa kampanye pencalonan, masa reses, masa kunjungan ke daerah atau dapil, selain juga banyaknya saluran komunikasi yang bisa dijadikan sebagai sarana rekam aspirasi masyarakat. Sehingga saluran jaring informasi tersebut sudah sangat bervariasi dan bisa menjadi mestinya bisa berdayaguna.

Jika Rumah Aspirasi tidak menggunakan dana yang cukup besar, 200 juta per anggota DPR, maka mungkin respon publik tidak akan segegap gempita seperti ini. Akan tetapi karena jaring informasi melalui Rumah Aspirasi tersebut memerlukan anggaran yang cukup besar, maka tanggapannya menjadi sangat bervariatif. Ada yang menganggap sebagai pemborosan uang negara hingga yang khawatir akan terjadi korupsi gaya baru.

Pengalaman Provinsi Jawa Timur tentang dana aspirasi memang berakhir tragis. Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) yang dilakukan oleh DPRD ternyata menjadi lahan korupsi yang luar biasa. Bahkan beberapa anggota DPRD dan juga beberapa LSM sudah menghuni rumah tahanan (rutan). Dana yang semula dialokasikan untuk pengembangan ekonomi masyarakat tersebut,  kemudian dijadikan sebagai dana untuk pemenangan pemilu yang  berakhir menyesakkan.

Pengalaman tentu guru yang terbaik. Experience is the best teacher. Maka ketika digulirkan dana aspirasi DPR, kemudian Rumah Aspirasi DPR sontak orang ingat akan kejadian yang berakhir tragis tersebut. P2SEM yang sangat ideal itu akhirnya tidak bisa menjadi best practices. Dana itu ternyata tidak sampai ke masyarakat sesuai dengan peruntukan dan tujuannya.

Kita ini sedang menghadapi krisis kepercayaan.  Apapun gagasan yang baik dan datang dari manapun jika di dalamnya terdapat anggaran, pastilah akan terdapat tanggapan sumir tentang hal ini. Rumah Aspirasi tentu gagasan yang sangat baik dan ini sesuai dengan tupoksi DPR, akan tetapi karena di dalamnya melibatkan anggaran yang cukup besar, maka langsung menimbulkan pikiran negatif.  Ada kesan DPR bagi-bagi uang untuk konstituennya.

Maka yang dibutuhkan adalah keteladanan. Jika anggaran Rumah Aspirasi ini memang akan diwujudkan, maka tentu harus ada aturan yang ketat penggunaannya.  Diperlukan suatu regulasi yang jelas untuk pengalokasiannya.  Dan kemudian diperiksa oleh audit yang tegas dan independen.

Bukankah dengan banyaknya rombongan DPR/DPRD yang sudah masuk penjara merupakan guru yang terbaik. Dan jika anggota DPR masih berani untuk melakukan abuse of power, maka berarti memang mereka itu sudah bebal.   Sudah tidak ada lagi nurani yang mengajarkan kejujuran dan tanggungjawab.

Jika ini yang terjadi,  maka juga pantas kalau kemudian muncul terus krisis kepercayaan masyarakat terhadap wakil-wakilnya.  Dan kerugian yang paling besar adalah munculnya krisis semangat membangun bangsa yang seharusnya menjadi pedoman bagi siapa saja di negeri ini.

Wallahu a’lam bi al-shawab,

Categories: Opini