PERAN ULAMA DALAM PENDIDIKAN
Menteri Agama, Suryadharma Ali menyatakan bahwa para ulama dan kyai memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan nasional. Hal ini diungkapkan dalam acara Wisuda Sarjana Strata Satu STAI al Hamidiyah Bangkalan Madura, Sabtu, 31/07/2010. Di Cirebon, ada ponpes di Babakan Ciwaringin yang bertusia 300 tahun. Demikian pula Pondok Pesantren Lirboyo yang berusia 100 tahun. Pesantren an Nuqayah berusia 123 tahun, Pesantren al Hamidiyah Sen Asen, Bangkalan 135 tahun. Itu artinya peran pesantren dan ulama atau kyai tentu luar biasa.
Peran kyai dan ulama di dalam pendidikan tentu tidak diragukan. Kita harus mengapresiasi peran para ulama dan kyai dalam membina para santri baik di masa lalu maupun sekarang. Andaikan tidak ada ulama dan kyai yang terus menerus memberikan kontribusinya di dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama, makatentu kita tidak akan bisa melihat Indonesia seperti sekarang.
Memang, di era sekarang dan ke depan, pesantren dan pendidikannya memiliki tantangan yang besar, yaitu berupa teknologi informasi. Tantangan ini harus dicermati dan direspon secara memadai. Melalui dukungan global era, maka teknologi informasi menjadi instrumen yang menakjubkan dalam penyebaran informasi secara masif.
Memang teknologi informasi memiliki dua hal: positif dan negatif. Yang positif perlu dikembangkan dan yang negatif harus dieliminir. Sebagai contoh, pada waktu ba’da magrib di televise Indonesia ternyata disiarkan acara yang bagus dan menarik, sehingga acara itu bisa merusak tradisi yang sudah berlangsung. Dulu banyak mengaji al_qur’an yang dilaksanakan ba’da magrib baik di mushalla maupun di rumah. Akan tetapi dengan adanya siaran televise yang menarik minat tersebut, maka dapat menyebabkan berkurangnya bahkan hilangnya tradisi mengajar mengaji ba’da maghrib tersebut.
Kemudian, pensatren juga menghadapi tantangan produk budaya Barat. Penetrasi dunia Barat terhadap negara lain itu luar biasa. Mulai dari produk barang sampai pandangan hidup dan tradisi-tradisinya. Semua bisa dipengaruhi dan ditundukkan. Life style di kota-kota besar yang sekarang cenderung permissiveness, adalah bagian dari pengaruh budaya barat.
Jika tidak ada ulama atau kyai yang selama ini memelihara umat dengan segenap kemampuannya, maka bisa jadi Islam Indonesia akan cenderung mengecil pengaruhnya. Jika sekarang pengamalan Islam menjadi semakin kuat dan Islamisasi juga terus berlangsung, maka salah satu di antaranya adalah karena pengaruh para ulama dan kyai.
Oleh karena itu, peran ulama dan kyai itu harus diapresiasi secara memadai. Yaitu dengan cara memberikan pemihakan kebijakan pada dunia pesantren. Salah satunya adalah melalui pemihakan politik kepada pesantren, yaitu melalui dukungan anggaran dan dukungan akademis, misalnya pengakuan bahwa tidak ada dikhotomi tentang ilmu.
Sumber ilmu adalah Allah swt. Ilmu yang dikenal umum, seperti ilmu kedokteran, fisika, biologi, pertanian dan sebagainya dianggap bukan ilmu yang bernafaskan keislaman. Pandangan ini harus diminimalkan di tengah kenyataan semakin dekatnya proses saling penyapa antara Ilmu keislaman dengan lainnya. Pandangan sekularistik ini sudah saatnya direvisi. Yang perlu dikembangkan adalah membangun sinergi antara ilmu keislaman dengan lainnya melalui bagan Islamisasi ilmu-ilmu.
Untuk memahami ketiadaan dikhotomi antara ilmu Islam dan bukan ilmu Islam, maka sesungguhnya banyak ayat yang di masa lalu tidak bisa dipahami, misalnya pembicaraan jarak jauh, tetapi melalui teknologi informasi ternyata sekarang bisa dilakukan. Maka yang penting harus ada ilmunya.
Kita harus tetap konsisten untuk mengembangkan pendidikan pesantren. Sistem pendidikan pesantren ini telah diadopsi oleh pendidikan umum bahkan pendidikan internasional. Misalnya program full day school, hakikatnya adalah replica pendidikan pesantren yang berasrama. Bahkan dunia pendidikan tinggi umum juga sudah banyak yang mengadopsi sistem pendidikan pesantren, melalui program dormitory. Jadi jika dinalar, maka pendidikan pesantren bukanlah pendidikan tradisional tetapi pendidikan yang maju.
Dengan demikian, sudah sepantasnya jika peran para ulama dan kyai tersebut diapresiasi secara sungguh-sungguh agar pengaruhnya yang signifikan tersebut tidak dinafikan oleh siapapun.
Wallahu a’lam bi al shawab.