• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MELESTARIKAN PROGRAM ISLAMIC STUDIES

Sebagai institusi yang berwenang dan bertugas untuk melestarikan program Islamic studies, maka sangat wajar jika kementerian agama memiliki program yang terkait dengan bagaimana strategi pelestarian program studi Islamic studies. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui pemberian beasiswa kepada para santri yang memiliki kemampuan kompetisi yang sangat baik. Makanya, pada tahun anggaran 2010 ini, kementerian agama tetap mengalokasikan program beasiswa santri berprestasi yang jumlahnya mencapai ratusan orang.

Hari Rabo, 20/07/2010, saya memperoleh kesempatan untuk membuka secara resmi terhadap orientasi studi bagi mahasiswa baru program studi keislaman di Fakultas Syariah, yang juga dihadiri oleh Kasubdit Pemberdayaan Santri dan Kerjasama, Drs. Khairani, MSi, Dekan Fakultas Syariah, Dr. Faishol Haq dan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswa, Alumni dan Kerjasama, Prof. Dr. A. Saiful Anam, MAg., yang secara khusus memang menghadiri acara ini. Acara pembekalan bagi mahasiswa baru ini memang terasa khusus, sebab memang benar-benar dirancang secara memadai untuk menjadi ajang bagi pengenalan studi bagi mahasiswa baru.

Keberpihakan kementerian agama di dalam pengembangan Islamic studies merupakan langkah maju. Sebab memang diperlukan keterlibatan yang sangat besar untuk tetap melestarikan dan mengembangkan program studi keislaman. Seperti yang kita ketahui, bahwa program studi keislaman memang banyak yang menjadi program studi langka peminat. Program seperti tafsir hadits, bahasa Arab, bahkan juga beberapa prodi di Fakultas Syariah juga berkategori seperti ini. Apresiasi tersebut perlu dilakukan mengingat bahwa melalui strategi pemberdayaan prodi keislaman yang didukung oleh anggaran yang cukup,  maka akan dapat menjadi instrumen bagi pelestarian ilmu-ilmu langka.

Program ini memang dirancang secara khusus, artinya bahwa proses penyaringan mahasiswanya dilakukan secara ketat. Menurut informasi yang saya peroleh bahwa tingkat persaingannya cukup ketat, 1:19. Jadi program ini memang sangat kompetitif. Siapa yang memiliki kemampuan kompetitif, maka dialah yang akan bisa lulus di dalam program ini. Makanya, saya berharap agar mereka menjadi The Winner dan bukan The Losser. Saya teringat dengan tulisan di kantor Thaksin Sinawatra, Perdana Menteri Thailand,  di mana di kantor itu diletakkan dua kata, The Winner dan The Losser. Kata ini untuk mengingatkan agar dia terus berpacu untuk menjadi The Winner dan bukan The Losser.

Saya juga teringat dengan konsep Need for Achievement (N.Ach) yang dikembangkan oleh David Mc-Cleland. Menurutnya,  bahwa manusia memiliki dorongan untuk berprestasi dan dorongan berprestasi tersebut dapat ditumbuhkembangkan. Pendidikan adalah salah satu instrumen untuk mendorong agar individu memiliki kemampuan berprestasi. Di dalam hal ini, maka pendidikan yang baik tentunya jika pendidikan tersebut menghasilkan orang yang memiliki kemampuan berprestasi di kelak kemudian hari. Melalui konsep ini, maka kemudian menghasilkan konsep ikutan yaitu pendidikan sebagai human investment.

Mempertahankan program Islamic studies merupakan tugas bersama civitas akademika institusi pendidikan keagamaan.   Ilmu keislaman telah menjadi ikon kebesaran Islam di masa lalu. Kemegahan Islam tidak hanya karena bangunan fisiknya yang hebat, misalnya istana raja, masjid dan bangunan-bangunan lainnya, akan tetapi juga karena kehebatan ilmu pengetahuannya. Memang harus diakui bahwa setiap raja  memiliki sumbangan bangunan tempat ibadah yang luar biasa. Misalnya di Mesir, akan dijumpai banyaknya masjid dengan arsitektur yang tidak ada taranya. Paduan arsitektur Yunani, Parsi dan Turki serta Mesir yang sangat indah.

Akan tetapi di sisi lain juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang menjadi mercu suar Islam kala itu. Warisan intelektual yang tidak ada bandingnya dalam peradaban dunia adalah warisan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh ulama-ulama di zaman pertengahan.  Mereka adalah para penemu. Aljabar, kedokteran, filsafat, dan ilmu keislaman murni lainnya adalah khasanah ilmu yang tidak ada habisnya untuk dikaji.

Semua civitas akademika PTAIN adalah penerus generasi emas Islamic studies. Oleh karena itu menjadi sangat wajar jika kita terus melestarikan dan mengembangkan ilmu keislaman secara maksimal.

Usaha-usaha yang kita lakukan, misalnya pemberian beasiswa, Program Simpanan Islamic Studies (ProSIS) dan sebagainya adalah sebagian upaya kita dalam melestarikan dan mengembangkan Islamic studies.

Sesungguhnya melalui pemihakan terhadap Islamic studies sekarang dan yang akan datang, maka yang diharapkan adalah agar lahir generasi emas penerus Islamic studies yang tangguh. Mereka diharapkan menjadi The Winner dan bukan The Losser.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini