• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEPAK BOLA SEBAGAI MODERN LIFE STYLE

Senin, 12/07/2010  merupakan malam panjang bagi para penggila bola (gibol). Pada malam tersebut,  acara yang ditunggu-tunggu oleh jutaan umat manusia di dunia adalah pertandingan final sepakbola dalam  FIFA World Cup 2010 antara Kesebelasan Spanyol melawan Kesebelasan Belanda. Dua kesebelasan ini telah memenangkan semua pertandingan di event sebelumnya, babak perempat final dan semi final. Dalam pertandingan semi final, kesebelasan Belanda mengalahkan kesebelasan Urugay dengan skor 3-2, sementara kesebelasan Spanyol mengalahkan kesebelasan Jerman dengan skore 1-0. Pertandingan ini telah menyihir jutaan umat manusia di dunia, sehingga hampir selama sebulan ini, maka pembicaraan yang paling sering adalah tentang pertandingan sepakbola. Dan akhirnya, kesebelasan Spanyol berhasil menjadi juara setelah dalam perpanjangan waktu babak kedua, berhasil mengalahkan kesebelasan Belanda, 1-0. Adalah Andreas Iniesta yang menghancurkan mimpi kesebelasan Belanda untuk merengkuh juara piala dunia untuk pertama kalinya.

FIFA World Cup 2010, bukan sekedar sebuah pertandingan sepakbola biasa. Apalagi disamakan dengan pertandingan sepakbola antarkampung atau tarkum. Sepakbola dalam acara FIFA World Cup adalah event terbesar dalam jagat olahraga yang mempertaruhkan tidak hanya negara, tetapi juga continental. Eropa versus Amerika, Afrika dan Asia. Makanya, sering disebutkan dalam istilah kemenangan Eropa atas Amerika Latin, atau kemenangan Asia atas Afrika dan sebagainya. Di dalam pertandingan sepakbola, seakan kebangsaan-nasionalisme menjadi luruh atas kebangsaan dalam arti luas. Bangsa Eropa, Bangsa Asia, Bangsa Afrika dan Bangsa Amerika Latin dan sebagainya. Sepakbola telah menjadi representasi wilayah continental.

Sepakbola tidak hanya menjadi lahan untuk berjudi dengan omset miliaran rupiah, akan tetapi juga menjadi wahana untuk saling mendukung dengan semangat yang luar biasa. Bagaimana orang Maluku akan mendukung Belanda, karena di dalam tubuh pemain Belanda terdapat darah Maluku. Geovannie van Bronkost adalah pemain Belanda yang berasal dari keturunan Maluku. Bahkan yang lebih menarik adalah ketika mereka melakukan pawai keliling kota untuk menyambut kemenangan tim Belanda dalam babak semifinal.

Namun  ada juga yang mendukung Spanyol karena Belanda pernah menjajah Indonesia. Di sisi lain juga ada yang mendukung tim Belanda karena terdapat implementasi multikulturalisme di dalamnya. Di dalam skuad Belanda terdapat varian-varian keyakinan, asal kebangsaan dan sebagainya.  Jadi untuk mendukung sebuah tim, tidak hanya karena tim itu kuat atau di dalam tim itu terdapat pemain bintang, akan tetapi lebih dari itu, bahwa ada persoalan etnisitas, kebangsaan, agama dan bahkan politik.

Sepakbola sudah menjadi tontonan yang sangat kompleks. Salah satu yang kompleks tersebut adalah merebaknya kapitalisme dalam sepakbola. Ada korelasi antara kapitalisme dengan permainan sepakbola. Lihatlah bagaimana para pemiliki modal berebut untuk membeli klub sepakbola melalui penguasaan saham-sahamnya. Tidak hanya orang Amerika dan Eropa yang keranjingan untuk menjadi owner tim sepakbola,  akan tetapi juga banyak pangeran dari Timur Tengah yang berebut menjadi pemilik saham terbesar dalam sepakbola. Dinasti al-Fayed adalah pemilik tim Fulham dalam liga Inggris, kemudian putera Khaddafi, Presiden Libya,  juga menjadi pemiliki salah satu klub sepakbola di ranah Inggris. Tentu masih banyak di tempat lain.

Tidak hanya saham, tetapi juga asuransi, dan bursa taruhan. Asuransi juga menangguk keuntungan karena banyaknya pemain bintang yang diasuransikan oleh owner sepakbola. Demikian pula bursa taruhan juga menjadi ajang yang menggemaskan dalam pertandingan sepakbola. Demikian pula produk minuman, seperti coca cola dan lainnya.

Secara khusus di Indonesia, maka para penggila bola juga dapat menikmati tayangan dalam paket nonton bareng (nobar). Acara yang disponsori oleh perusahaan rokok Jarum internasional dan juga Coca Cola ini juga sangat agresif mendulang penonton. Bahkan bintang sepakbola terkenal dunia, Hose Antonio Reyes pun diboyong untuk menjadi ikon dalam nobar. Semua hotel, café, dan tempat hiburan menyajikan paket-paket nobar yang diisi dengan berbagai paket acara. Ada door prize, paket hiburan ke luar negeri, paket hiburan ke tempat wisata dalam negeri dan sebagainya.

Para penggila bola benar-benar dimanjakannya. Bahkan nuansanya seperti di dalam stadion. Mulai dari kostim pendukung, asesori, dan juga yel-yel dukungan. Dengan demikian, sepakbola sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian penggilanya.

Jadi, sepakbola bukan hanya sekedar tontonan,  tetapi sudah lebih jauh dari itu, yaitu sebagai gaya hidup kaum borju yang sering mengeluarkan uang untuk kepentingan kesenangan dan kenikmatan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini