• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ISRA’ DAN MI’RAJ: BUKAN SEKEDAR PERINTAH HABLUM MINALLAH

Memang harus diakui bahwa peringatan isra’ dan mi’raj tidak segegap gempita peringatan hari-hari besar Islam lainnya, misalnya maulid Nabi atau peristiwa hijrah Nabi Muhammad, saw akan tetapi dari kandungan simbolik yang digambarkan oleh peristiwa isra’ dan mi’raj sesungguhnya sangatlah mendalam.  Inti dari gambaran simbolik tersebut adalah perintah shalat yang merupakan inti ibadah di dalam Islam.

Isra’ dan mi’raj identik dengan perintah shalat. Makanya, banyak orang yang beranggapan bahwa shalat merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam. Akibatnya, ketika orang sudah melakukan shalat, maka selesai semua urusan keagamaan. Pemikiran seperti ini tentu saja didapatkan dari penafsiran tentang teks-teks agama yang menggambarkan bahwa shalat memang menjadi tiang agama. Maka tanpa tiang tersebut maka agama akan roboh. Di dalam sebuah teks disebutkan yang artinya “shalat itu adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya maka dia mendirikan agama dan barang siapa meninggalkannya maka dia merobohkan agama”.

Berdasarkan teks hadits ini, maka dapat dipahami bahwa agama  itu seperti sebuah rumah dan untuk mendirikan rumah yang kokoh, maka harus dengan tiang yang kokoh pula. Maka ketika seseorang mendirikan rumah sementara tiangnya tidak kuat bahkan tidak ditegakkan, maka berarti bahwa rumah yang didirikan tersebut tidak akan berdiri dengan kokoh dan bahkan akan roboh. Agama tanpa shalat seperti rumah tanpa tiang.

Tetapi yang paling penting adalah bagaimana orang memahami shalat di dalam kehidupan ini. Shalat adalah ibadah yang merupakan relasi manusia dengan Tuhan secara langsung. Digambarkan bahwa shalat merupakan relasi vertical manusia dengan Tuhannya. Shalat merupakan bagian dari hablum minallah. Jika dianalisis, maka shalat itu mengandung makna penyerahan total manusia kepada Tuhannya. Shalat dimulai dengan bacaan Takbir untuk mengagungkan kekuasaan Allah dan diakhiri dengan bacaan salam. Tidak hanya dibaca tetapi juga dilakukan tindakan untuk menoleh ke kiri dan kanan sebagai symbol penyebaran keselamatan.

Inilah barangkali keindahan upacara ritual shalat di dalam kehidupan umat manusia. Tidak hanya merupakan prosesi penyembahan kepada Tuhan saja akan tetapi juga mengandung unsur mendalam di dalam kehidupan, yaitu menyebarkan keselamatan. Adakah di antara kita yang memahami bahwa shalat itu tidak hanya penyembahan kepada Tuhan atau hablum minallah akan tetapi juga mengandung dimensi mengajarkan agar seseorang terus menyebarkan keselamatan atau hablum minannas atau  bahkan hablum minal alam.

Banyak  orang yang melakukan shalat, akan tetapi kekerasan social juga terus terjadi. Inilah yang di dalam konsepsi modern disebut sebagai saleh ritual, yaitu kesalehan yang dibangun di atas hablum minallah semata, akan tetapi tidak diikuti oleh kesalehan social, yaitu membangun kesepahaman bahwa ada perbedaan di antara kita. Sehingga, kita juga harus menghargai adanya perbedaan tersebut.

Isra’ dan mi’raj dengan demikian tidak hanya perintah shalat dalam arti ibadah vertical, akan tetapi yang juga penting adalah bagaimana membangun keselamatan bagi semuanya atau ibadah dalam arti horizontal.  Islam sangat menekankan akan pentingnya membangun keselamatan itu. Maka Islam sangat konsern dalam membangun keselamatan misalnya melalui dalilnya yang sangat terkenal “Islam sebagai rahmatan lil alamin”.

Al-Qur’an memang menjelaskan bahwa “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin”, yang artinya bahwa  “Dan tidak  Kami turunkan Islam itu kecuali untuk kerahmatan bagi seluruh alam”. Dalil inilah yang seharusnya dipahami oleh para pelaku shalat sebagaimana digambarkan di dalam peristiwa isra’ dan mi’raj, bahwa perintah shalat itu mengandung dua dimensi penting, pengabdian kepada Allah dan sekaligus juga pengabdian kepada seluruh alam.

Oleh karena itu, jika shalat hanya dipahami sebagai ibadah  kepada Allah semata, maka hal itu menjadi kurang sempurna, sebab di dalam shalat juga diajarkan agar manusia menyebarkan keselamatan kepada semuanya. Islam selalu mengajarkan bahwa penyembahan kepada Allah selalu diikuti dengan pengabdian kepada manusia.

Makna terbesar dari peristiwa ira’ dan mi’raj adalah bagaimana membangun keseimbangan antara pengabdian kepada Allah dengan pengabdian kepada umat manusia dan alam seluruhnya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini