• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PRESTASI

Prestasi merupakan sebuah produk dari usaha. Prestasi akan hadir jika seseorang sudah melakukan serangkaian usaha untuk memperolehnya. Prestasi adalah pengakuan yang diberikan orang, sekelompok orang atau institusi atas produk yang dihasilkan oleh orang perorang atau sekelompok orang. Prestasi bisa merupakan capaian individu dan bisa juga capaian bersama. Prestasi adalah buah dari kerja keras dan konsistensi.

Di dalam dunia olahraga, maka ada capaian yang bersifat individual dan ada juga yang bercorak kelompok. Dalam dunia atletik, maka dijumpai prestasi individu dan juga kelompok. Demikian pula perlombaan renang. Untuk pertandingan bulutangkis, maka prestasi bisa individu dan bisa juga kelompok. Namun demikian, untuk pertandingan sepakbola, bola voli, dan  beberapa lainnya yang  dilaksanakan secara kelompok, maka prestasinya adalah prestasi tim.

Dalam dunia akademis dan kemanusiaan, maka prestasi juga bisa diperoleh secara individu maupun kelompok. Dewasa ini sudah sangat banyak individu yang dianggap memiliki prestasi internasional. Misalnya orang yang memperoleh hadiah Nobel. Hadiah Nobel juga bukan hanya milik negara maju, sebab beberapa negara dunia ketiga juga ternyata bisa memperoleh hadiah Nobel. Misalnya Nobel untuk bidang ekonomi yang diperoleh oleh Muhammad Yunus dari Bangladesh. Kemudian Shiren Ebadi, muslimah pertama yang meraih hadiah Nobel, pembela Hak Asasi Manusia dari Iran  dan juga beberapa dari Afrika, misalnya Nelson Mandela.

Manusia sesungguhnya  memiliki kecenderungan berprestasi yang di dalam teori pembangunan disebut sebagai teori kebutuhan berprestasi. Menurut teori pembangunan, sebagaimana dicetuskan oleh David Mc-Cleland, bahwa  manusia memiliki kebutuhan berprestasi yang disebut sebagai Need for Achievement atau disingkat N.Ach. Menurut teori ini, bahwa sesungguhnya manusia memiliki kebutuhan untuk berprestasi. Akan tetapi untuk berprestasi tersebut harus didukung oleh semacam mentalitas dan dorongan yang kuat untuk memperolehnya. Menurut Mc-Cleland, bahwa yang mendorong seseorang berprestasi adalah mentalitas yang kuat. Siapa yang memiliki dorongan mentalitas yang kuat, maka dialah yang akan berprestasi.

Namun demikian, dorongan berprestasi tersebut dapat ditanamkan. Ia bukan sesuatu yang given. Ada dengan sendirinya. Dalam beberapa treatment yang dilakukan oleh Mc-Cleland, bahwa pelatihan dan pembudayaan berprestasi dapat menjadi factor pendukung munculnya semangat berprestasi. Jadi, untuk menjadi the winner dan bukan the losser, maka yang penting adalah dukungan mentalitas yang berupa kemauan keras, kerja keras, kerja cerdas dan komitmen atau konsistensi.

Muhammad Yunus dapat memperoleh hadiah Nobel (2006) karena kemauan kerasnya untuk melakukan perubahan, kerja keras, konsistensi dan juga tanggungjawabnya. Sebagai seorang dosen, maka dirasakan ada yang salah dengan teori-teori yang dipelajarinya terutama yang terkait dengan perubahan social-ekonomi di masyarakatnya. Ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan. Masyarakat di sekitarnya ternyata menjadi miskin karena tidak bisa mengakses permodalan melalui perbankan konvensional. Makanya mereka tidak bisa mengubah nasibnya karena struktur perekonomian tidak mendukungnya. Maka dia ciptakan Grameen Bank, yang kemudian menjadi tempat untuk memberikan modal bagi kaum ekonomi lemah.

Nelson Mandela adalah pejuang kemanusiaan yang luar biasa. Di tengah rejim Apartheid, maka dia melakukan perjuangan tanpa kenal lelah. Dia lakukan penyadaran kepada warga kulit hitam mengenai hak dan kewajibannya dan sementara itu dia berteriak nyaring di luar negeri mengenai politik Apharteid yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Dia keluar masuk penjara, mengalami penganiayaan dan penderitaan dan akhirnya bisa menghentikan system politik Apharteid kaum kulit putih dan menggantinya dengan system pemerintahan yang lebih demokratis.

Yang sangat menarik adalah peraih Hadiah Nobel yang satu ini. Dia adalah ahli hukum, hakim, pengajar, penulis, dan aktivis pembela hak asasi manusia Iran, Shirin Ebadi (56 tahun). Dia meraih hadiah Nobel Perdamaian 2003. Shirin Ebadi  merupakan wanita Muslim pertama peraih penghargaan Nobel, tokoh Muslim ketiga setelah Yasser Arafat (1994) dan Anwar Sadat (1978), dan merupakan wanita kesebelas setelah Jody Williams (1997). Karena kerja keras dan konsistensinya di  dalam membela Hak Asasi Manusia, maka dia memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia kemanusiaan. Dia adalah penerima hadiah Nobel di tengah ketegangan relasi antara Iran dengan Negara-negara Barat.

Prestasi sesungguhnya bisa diraih karena kerja keras dan konsistensi. Jika dianalisis, maka semua yang meraih prestasi tertinggi, maka dia melakukannya secara konsisten. Bertahun-tahun. Tidak ada prestasi yang diperoleh dari tindakan instan. Sekali jadi. Makanya, jika seseorang ingin berprestasi sebagai bagian dari kebutuhan di dalam kehidupannya, maka yang harus dilakukan adalah menjaga konsistensi dan kerja keras.

Makanya, jika kita ingin berprestasi, maka kita harus melakukan sesuatu secara konsisten dan terus bekerja keras. Seorang pemimpin akan berhasil apabila dia konsisten pada mimpi yang ingin diwujudkannya. Jika dia mahasiswa, maka dia konsisten untuk terus belajar secara konsisten agar memperoleh nilai secara maksimal.

Dengan demikian, prestasi sebagai kebutuhan hidup manusia akan terwujud ketika yang bersangkutan memperjuangkan visi kehidupannya secara konsisten dan juga terus bekerja keras.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini