UIN DAN PEMBANGUNAN PERADABAN ISLAM
Ada sebuah pernyataan menarik dari Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Bappenas, Dewo B. J. Putranto, ketika memberikan orasinya di IAIN Sunan Ampel, 09/06/2010, bahwa dengan menjadi UIN maka berarti akan menjadi lembaga pendidikan yang terkait dengan pembangunan peradaban Islam. Pernyataan ini mungkin bisa saja dianggap berlebihan, akan tetapi jika dilakukan pencermatan dan pendalaman, maka pernyataan ini tentu sangat mendasar dan menarik. Bukankah memang sedari semula Islam dalam kaitannya dengan pengembangan peradaban dunia ternyata dimulai dengan pengembangan dunia pendidikan. Kenyataannya bahwa ilmuwan Islam di masa lalu tidak memilah secara rigid tentang sebuah lembaga yang secara khusus mengembangkan ilmu-ilmu khusus –ilmu keislaman—akan tetapi justru pengembangan ilmu yang lebih luas.
Di dalam sejarah pengembangan ilmu pengetahuan, maka dapat diketahui bahwa era keemasan pengembangan ilmu keislaman justru ketika para sarjana dan intelektual Islam mengembangkan berbagai disiplin keilmuan dengan coraknya yang tidak membedakan ini ilmu umum dan itu ilmu keislaman. Semua ilmu ternyata bersumber dari pusatnya yang paling mendasar yaitu Tauhid.
Tauhid sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan akan menjadikan bahwa semua ilmu itu sesungguhnya berasal dari Dzat yang Maha Tunggal sehingga dikhotomi macam apapun sesungguhnya adalah konstruksi manusia terhadap dunianya itu. Ketika orang membedakan secara ketat tentang ilmu alam dengan obyeknya yang khusus, ilmu social dengan obyek kajiannya yang khas dan culture and humanities dengan obyek kajiannya yang unik, maka hal itu merupakan konstruksi manusia untuk menggambarkan corak ilmu yang terpisah-pisah.
Di dalam konstruksi ilmuwan masa lalu –terutama di era keemasan pengembangan ilmu, di masa Abbasiyah—maka pembidangan keilmuan tersebut tidaklah seperti sekarang. Ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan rasio yang dipandu oleh teks-teks suci yang diyakininya. Ilmu pengetahuan di masa lalu, misalnya fisika, kimia, biologi, kedokteran, matematika dan sebagainya justru terinspirasi dari teks-teks suci yang didalami dan dikaji secara ilmiah. Tentu tidak mungkin Tuhan memberikan wahyunya dan hanya bisa dipahami oleh Tuhan sendiri atau sejauh-jauhnya oleh Nabi Muhammad saw, akan tetapi sebagian besar pastilah dapat dipahami oleh manusia dengan cara-cara yang bisa dilakukannya.
Berangkat dari premis seperti ini, maka tidak salah jika kemudian ada pemikiran bahwa sesungguhnya untuk membangun keilmuan yang holistic dan integrative itu justru dimulai dengan membangun institusi yang bisa mewadahi hal tersebut. Dan tampaknya bahwa UIN lah yang kiranya bisa mengemban dan memanggul tugas besar ini.
IAIN bukannya tidak bisa memanggul tugas ini. Akan tetapi keterbatasan otoritas yang dimiliki oleh IAIN sebagai institusi yang secara khusus memiliki tugas dan wewenang untuk mengembangkan ilmu keislaman murni kiranya tidak bisa menjangkau kepentingan strukural pengembangan ilmu keislaman multidisipliner yang lebih luas. IAIN sebagai institusi pendidikan tinggi hanyalah mengemban tugas untuk pengembangan ilmu-ilmu dalam sekelompok bidang keilmuan, sehingga jangkauannya tentulah terbatas. Jika kemudian terdapat wider mandate untuk mengembangkan lainnya tentulah sebatas kebolehan mengembangan wider mandate tersebut.
Peradaban Islam tentunya harus dibangun melalui dunia pendidikan. Sebab melalui dunia pendidikan maka akan dilahirkan sekelompk manusia yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kpmpetitif. Islam pernah berjaya di masa kekhalifahan Abbasiyah dan salah satu di antaranya juga ditentukan oleh banyaknya intelektual yang mengabdikan dirinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa. Ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, sejarah dan teknologi dan sebagainya semuanya dikhidmadkan untuk kepentingan bangsa. Temuan tentang ilmu hitung sangat bermanfaat bagi dunia perdagangan. Temuan tentang kompas dapat menjadi penunjuk arah bagi dunia pelayaran. Temuan tentang ilmu pengobatan dan terapi sangat menolong terhadap manusia. Demikian seterusnya.
Oleh karena itu, di dalam kerangka menjadi pusat pengembangan peradaban Islam, maka salah satu instrumen pentingnya adalah melalui kajian-kajian multidisipliner yang dapat dikembangkan melalui universitas.
Dengan demikian, pernyataan Direktur Pendanaan Multilateral, sebagaimana saya ungkapkan di atas ternyata memang benar adanya.
Wallahu a’lam bi al shawab.
