• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GENERASI MUDA DI ERA SERBUAN MEDIA

Orang bilang bahwa sekarang adalah era informasi. Artinya bahwa zaman ini ditandai dengan melubernya arus informasi di segala hal. Tiada hari tanpa informasi. Begitulah kira-kira.

Jika dipilah maka ada tiga geombang yang terkait dengan informasi. Gelombang pertama,  adalah ketika ditemukan gelombang radio yang dengannya maka suara di tempat yang berbeda dapat didengarkan dari tempat yang berbeda pula. Dengan radio orang bisa memperoleh berita dari mana saja. Melalui radio orang bisa mendengar pidato politik.  Di tahun 60-an orang bisa mendengarkan Pidato Bung Karno. Melalui pidatonya yang berapi-api beliau memompa semangat berbangsa dan bernegara. Orang bisa secara berkelompok mendengarkan pidato-pidato ketua parpol. Ada agitasi, ada propaganda, ada kampanye yang semuanya bisa didengar melalui radion. Radio dapat menyambung apa yang dinyatakan oleh elit dengan massa. Di era radio sebagai komunikasi massa, maka hampir semua rumah tangga di Indonesia memiliki radio. Tidak hanya untuk to educate, to intertaint tetapi yang lebih penting to inform. Hingga tahun 1970-an, radio masih menjadi andalan masyarakat untuk mengakses informasi dalam berbagai hal.

Gelombang kedua, adalah dengan ditemukannya teknologi informasi televisi. Satu hal yang sangat menonjol adalah sifatnya yang audio visual. Sehingga tidak hanya suara yang mampu ditangkap melalui jarak jauh tetapi juga gambar. Di tahun 1980-an masih merupakan era televisi hitam putih. Kita tentu teringat bahwa di suatu desa, bahkan beberapa desa di Jawa hanya terdapat satu televisi, sehingga penontonnya membeludak. Masa itu adalah waktu  di mana televisi menjadi era baru bagi proses komunikasi searah (one way traffic). Dan yang menarik, hanya ada satu stasiun televisi di Indonesia, TVRI. Kemudian gelombang televisi berwarna pun merebak di seluruh persada Nusantara. Tahun 1990-an adalah era baru televisi warna. Dengan tambahan warna tersebut, maka televisi telah memasuki era revolusi media sebab televisi dapat menjadi media komunikasi yang sangat kompleks. Di sinilah kemudian muncul berbagai tayangan yang bervariatif. Dan kemudian di era 2000-an juga terdapat perubahan tentang penyelenggara siaran televisi. Ketika dibuka kran untuk swastanisasi televisi, maka kemudian muncul berbagai stasiun televisi yang dapat menyajikan siaran bervariasi. Ada infotainment, sportainment, edutainmanet, gosiptainment dan sebagainya. Televisi menjadi semacam toko serba ada. Apapun bisa disajikan.

Gelombang ketiga, adalah gelombang media komunikasi lewat dunia maya, internet. Yang beranak pinak dengan email, blog, facebook dan mediatainment lainya. Di Amerika gelombang internet, email dan sebagainya sudah menjadi bagian tak terpisahkan pada tahun 90-an. Sehingga di tahun itu, orang sudah saling bertanya dan saling tukar informasi melalui email, blog  dan sebagainya. Tetapi di Indonesia, gelombang internet, blog, facebook dan sebagainya baru di tahun 2000-an.

Dewasa ini, demam facebook, email, blog dan sebagainya sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sebagian masyarakat. Persoalannya adalah apakah media komunikasi tersebut kemudian sudah digunakan untuk kepentingan yang positif. Pertanyaan ini tentu layak disampaikan kepada para generasi muda. Pertanyaan ini pantas dikemukakan mengingat bahwa sebagian generasi muda kita telah menjadi bagian dari dunia media tersebut. Mereka adalah pengguna terbanyak untuk layanan media komunikasi. Kita tentu tidak ingin bahwa generasi muda kita menjadi korban sportainment, infotaninment, facebook, internet dan lainnya.

Oleh karena itu, harus ada pilihan rasional dalam menggunakan berbagai media tersebut agar ke depan para generasi muda kita itu dapat menjadi yang terbaik di negerinya. Mereka adalah para penerus bangsa. Nabi Muhammad saw pernah menyatakan: syubban al-yaum rijal al-ghad”, yang artinya bahwa  “pemuda sekarang adalah generasi tua yang akan datang.” Mereka adalah generasi penerus. Maka, tidak ada pilihan lain kecuali mereka harus menjadi generasi yang bisa meneruskan perjuangan para sesepuhnya yang sudah mewakafkan hidupnya untuk bangsa ini.

Wallahu a’lam bi a-lshawab.

Categories: Opini