PENGEMBANGAN AKADEMIS DALAM PERTEMUAN GORONTALO
Sebagai orang yang ditunjuk sebagai Ketua Forum Pimpinan PTAIN Se Indonesia, maka saya patut berbangga sebab pertemuan di IAIN Sultan Amai Gorontalo ternyata sukses. Keberhasilan itu dapat dilihat dari peserta yang dating. Hamper seluruh pimpinan PTAIN menghadiri acara ini. Bahkan kebanggaan itu juga menjadi tarasa lengkap, sebab Pak Prof. Amin Abdullah yang selama ini dikenal sebagai sesepuhnya pimpinan PTAIN juga hadir dan mengikuti seluruh rangkaian acara. Tidak terkecuali juga perhatian dan keterlibatan seluruh jajaran Muspida Gorontalo. Acara yang dibuka oleh Gubernur Gorontalo, Dr. Ir. Gunnar Ismail, MM, dan diikuti seluruh SKPD se Provinsi Gorontalo ini ternyata memang dirancang dalam waktu yang cukup lama. Tentu saja kesigapan panitia Lokal di bawah komando Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, juga sangat mendukung keberhasilan acara ini.
Acara temu pimpinan PTAIN ini memang dirancang dalam rangka untuk membahas tiga hal, yaitu: AD/ART, Program Kerja Forum Pimpinan PTAIN dan isu-isu kependidikan mutaakhir, baik internal Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan Nasional. Acara yang digelar selama dua hari tersebut ternyata menghasilkan rekomendasi yang sangat memadai bagi kepentingan pengembangan PTAIN di masa yang akan datang.
Ternyata bahwa setiap pertemuan yang membicarakan tentang pendidikan memang tidak ada kata henti. Berpikir tentang pendidikan ternyata memang tiada habisnya. Sama seperti yang sering dinyatakan oleh Mendiknas, Prof. Dr. Muhammad Nuh, bahwa dunia pendidikan adalah dunia yang penuh masalah. Sebab yang dipikirkan adalah tentang pengembangan sumber daya manusia yang memang selalu sarat dengan masalah. Maka menurutnya, jangan pernah berhenti memikirkan dunia pendidikan.
Ketika para pimpinan PTAIN bertemu, maka ada banyak gagasan cemerlang yang dapat dirumuskan. Jika dicermati, maka ada tiga hal utama yang terkait dengan pikiran-pikiran aplikabel tentang pengembangan PTAIN ke depan. Misalnya bagaimana PTAIN harus menyiapkan klas internasional terkait dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan setingkat SLTA yang berbasis internasional. Jika tidak disiapkan secara memadai, maka potensi lulusan SLTA berstandart Internasional tersebut akan memasuki perguruan tinggi lain.
Yang tidak kalah penting adalah pentingnya penyiapan PTAIN dalam persaingan di level internasional, misalnya melalui World Class University (WCU). Ke depan mesti harus ada PTAIN yang bisa memasuki kawasan WCU dalam berbagai variannya. Jarak terdekat yang harus diambil adalah melalui Webometrics.
Dari sisi konten pendidikan, maka yang mendapatkan perhatian juga tentang bagaimana menyiapkan out put PTAIN agar memiliki kemampuan bersaing dengan lulusan PTU lainnya. Maka diperlukan tambahan kemampuan atau kompetensi, misalnya kewirausahaan. Melalui presentasi yang dilakukan oleh BTN maka diharapkan bahwa akan didapati tambahan kompetensi mahasiswa dalam bidang kewirausahaan. Di tengah ketatnya persaingan antar lulusan PT maka siapa yang memiliki kelebihan akademik dan nonakademik, maka dialah yang akan keluar menjadi pemenangnya.
Untuk menjadi the winner, maka mesti harus disiapkan instrument yang akan mengantarkannya. Di dalam dunia pendidikan tidak bisa terjadi sesuatu yang bukan by design. Semuanya harus direncanakan secara memadai. dukungan fasilitas yang memadai, seperti laboratorium, perpustakaan, ruang klas multimedia, ICT dan sebagainya mestilah direncanakan secara sangat memadai. madzab pemikiran yang ditekankan adalah bahwa kelengkapan sarana dan prsarana akan menjadi daya tarik dan pendorong kesuksesan studi mahasiswa.
Di tengah dunia kompetisi yang semakin ketat, maka harus dipersiapkan generasi yang juga memiliki kemampuan bersaing secara fairness. Agar bisa seperti itu, maka design kurikulum dan praktikum juga harus dipersiapkan secara memadai. dalam keadaan seperti ini, maka system akademik, system pembelajaran, system penjaminan mutu harus dirumuskan secara ketat. Dengan demikian, maka pemenuhan terhadap standart pelayanan minimal oleh lembaga kepada semua pelanggannya akan menghasilkan pelayanan yang memuaskan.
Dunia kompetisi juga ditandai dengan diversifikasi kemampuan. Makanya, menggalang kerjasama antar kelembagaan lalu menjadi penting. PTAIN harus bersinergi dengan lembaga lain dalam kerangka untuk menjembatani varian-varian kemampuan dimaksud. Makanya, jalinan kerjasama harus dimaksimalkan.
Untuk kepentingan ini, maka dalam pengembangan program kewirausahaan harus menggandeng institusi lain. Di sinilah arti pentingnya dukungan BTN bagi pengembangan program tersebut. Ke depan mungkin juga harus dimaksimalkan berbagai kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki komitmen bagi pengembangan pendidikan, sehingga Corporate Social responsibility-nya akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan.
Makanya, ke depan harus didorong agar Kementerian Agama memiliki sejumlah kerjasama untuk pengembangan PTAIN sehingga akan menghasilkan dampak positif bagi PTAIN itu sendiri. Semua potensi yang memiliki peluang untuk pengembangan PTAIN mestilah didorong untuk melakukan kerjasama.
Hanya dengan cara ini, maka ke depan akan dapat dilihat perkembangan PTAIN yang menjanjikan.
Wallahu a’lam bi al shawab.
