• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

URGENSI KEBANGKITAN PENDIDIKAN ISLAM

 Di dalam seminar yang diselenggarakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 18-20 Mei 2010 di Wisma Syahidah, maka  Nina Sarjunani, Deputi Menteri Negara  PPN/Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan, menyatakan bahwa pendidikan merupakan instrumen pengembangan karakter bangsa. Oleh karena itu, peran penting pendidikan adalah untuk melahirkan manusia Indonesia yang memiliki karakter yang kuat yang mengarah kepada manusia sempurna atau insan kamil. Untuk menghasilkan manusia yang memiliki karakter kuat sebagai bangsa Indonesia. Di antara karakter penting adalah sebagai manusia yang jujur, konsisten pada tujuan hidup yang sesuai dengan tujuan sebagai bangsa indonesia. 

Pendidikan karakter, khususnya bagi pendidikan tinggi Islam adalah dapat melahirkan pemikiran penting bagi pembangunan masyarakat dan bangsa. Pemikiran bisa jadi banyak dan bervariasi. Akan tetapi pemikiran yang diperlukan adalah pemikiran yang berbasis pada karakter yang kuat. Pemikiran besar tidak akan muncul kecuali melalui orang yang memiliki karakter yang kuat. Para pemikir besar di Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Soeharto, Habibi, Gus Dur, Amin Rais dan sebagainya bisa lahir, sebab yang bersangkutan  memiliki kebesaran jiwa dan karakter yang kuat untuk melakukan perubahan.  

Sesungguhnya, masyarakat Islam Indonesia menginginkan pendidikan Islam sebagai center of excellence bagi pendidikan di Indonesia.  Hal ini didasari oleh banyaknya pemikir Islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Berdirinya Universitas Islam Indonesia (UII) diusung untuk menjadi suatu pusat pendidikan bagi umat Islam. Dasar pikiran kala itu adalah biar ada lembaga pendidikan yang dikelola umat Islam dan menjadi kebanggan umat Islam. Makanya di era awal lembaga ini berdiri, maka banyak guru besar yang terlibat mendidik di dalamnya. UII menjadi lembaga pendidikan tinggi yang dikelola oleh umat Islam. Meskipun tersamar, tentunya ada keinginan agar umat Islam bisa mengelola pendidikan tinggi yang ekselen. 

Kemudian, lahirnya IAIN sebagai lembaga pendidikan tinggi, juga didasari oleh keinginan bahwa tidak hanya ilmu umum yang dikembangkan di negeri ini. Akan tetapi juga ilmu keislaman. Jika pesantren menghasilkan ulama dan kyai, maka IAIN diharapkan menghasilkan akademisi yang akan melanjutkan estafeta kepemimpinan Kementerian Agama. Selain menghasilkan tenaga akademisi, guru agama dan  juga menghasilkan para birokrat.

Cita-cita besar untuk mendirikan IAIN adalah dalam kerangka untuk menjadikan Pendidikan Tinggi Islam adalah untuk menjadi sarana dalam  melahirkan kembali konsep, teori dan pencerahan bagi dunia dan pembangunan bangsa. Yang diharapkan adalah pendidikan Islam dapat  sebagai driving force bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Melalui pergulatan sejarah,  IAIN pun conversi ke UIN. Melalui proses ini, maka ada usaha untuk menjadikan UIN sebagai tempat untuk menjadikan tidak hanya pengembangan ilmu keislaman saja akan tetapi juga ilmu umum. Akan tetapi sesungguhnya yang jauh dibutuhkan adalah bagaimana mengembangkan ilmu keislaman yang bercorak khas, yaitu ilmu keislaman multidisipliner.  Melalui corak khas inilah maka UIN akan dapat menjadi institusi pendidikan yang mempunyai karakter dalam pengembangan ilmu keislaman, sehingga penemuan ilmu-ilmu baru atau teori-teori baru sebagaimana telah terjadi di masa lalu akan dapat dirangkai kembali. Inilah yang dimaksud dengan renaisans pendidikan tinggi Islam.

Bahkan lebih jauh juga diharapkan bahwa pendidikan sebagai lokomotif pengembangan SDM. Melalui perluasan akses pendidikdan dan juga diversifikasi program studi maka juga diharapkan bahwa IAIN dan UIN akan dapat menjadi sarana bagi pengembangan sumber daya manusia. Melalui karakter pendidikan plus yang dikembangkannya, maka institusi pendidikan tinggi ini akan dapat menjadi tumpuan bagi pengembangan SDM yang berkualitas.

Melalui kehadiran IAIN dan UIN, maka sekurang-kurangnya akan  terdapat kecenderungan baru, yaitu: pertama, pendidikan yang menghasilkan pemikiran dan praksis keagamaan yang lebih toleran dan mengurangi sektarianisme, bahkan ekskluvisme cenderung berkurang. Hal ini penting mengingat Indonesia yang plural dan multicultural.

Kemudian kedua, juga  kecenderungan ke kajian-kajian yang lebih ke dunia empiris, sosiologis, antropologis dan sebagainya.  Melalui diberikannya wider mandate, maka terdapat kecenderngan membuka prodi yang mengarah kepada conten pendidikan yg lebih luas, sehingga dapat diketahui akan semakin banyak varian prodi yang akan berkembang di IAIN dan UIN.

Di sinilah kira-kira urgensi kebangkitan pendidikan Islam telah terjadi dan ke arah itu pula lembaga pendidikan tinggi Islam ini akan berkembang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini