INDAHNYA TOLERANSI
Tuhan memang menciptakan manusia di dalam berbagai jenisnya. Ada ras, suku, dan etnis yang bervariasi. Makanya juga ada warna kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain yang berbeda-beda. Tetapi justru si inilah letak keindahannya. Secara antropologis, biologis dan psikhologis memang Tuhan menciptakan manusia dalam rupa dan bentuk yang berbeda. Tetapi seluruh perbedaan itu justru menjadikan dunia menjadi warna-warni dan menghadirkan keanekaragaman.
Dalam dunia biologis disebut sebagai keanekaragaman hayati, dari sisi antropologis melahirkan keanekaragaman budaya dan tradisi, sedangkan dari sisi psikhologis menghadirkan kenekaragaman sifat dan kejiwaan. Dari dimensi sosiologis menghadirkan penggolongan social yang unik. Kemudian dari sisi agama juga melahirkan keanekaragaman agama dan penganutnya.
Di dalam kehidupan ini, sesungguhnya memang tidak ada yang bersifat tunggal. Semuanya bervarian-varian. Akan tetapi justru melalui varian-varian ini tampaknya Tuhan memang ingin memberi pelajaran kepada manusia tentang keindahan bervariasi tersebut. Andaikan kehidupan ini tidak bervariasi, maka tidak ada keindahan yang menyelimuti kehidupan manusia itu.
Perbedaan antar individu adalah bagian dari rencana Tuhan terhadap kehidupan manusia. Cobalah lakukan pencermatan terhadap manusia. Maka akan ada sejumlah perbedaan. Dari sidik jari saja, misalnya akan dijumpai perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Seakan Tuhan juga memang menciptakan manusia melalui identitas yang sangat berbeda dari sidik jari. Secara biologic dan fisik juga menunjukkan perbedaan-perbedaan yang signifikan.
Secara individual manusia memang memiliki sejumlah perbedaan. Akan tetapi ternyata mereka bisa berpasang-pasangan. Ada pasangan lelaki dengan perempuan yang diikat oleh tali perkawinan. Ada pasangan lelaki dengan lelaki atau perempuan dalam konteks persahabatan. Ada pasangan lelaki, lelaki atau perempuan dalam ikatan organisasional, pekerjaan, politik, agama dan sebagainya.
Inilah yang disebut sebagai keindahan hidup. Orang berbeda-beda tetapi bisa saling menyatu, bersatu padu, mengayunkan langkah bersama dan sebagainya. Manusia sungguh-sungguh berbeda, akan tetapi memiliki kemampuan untuk menyatukan diri dalam ikatan-ikatan sosiologis yang sangat padu. Bahkan juga tidak hanya perbedaan fisik dan piskhis akan tetapi juga perbedaan kepentingan dan orientasi kehidupan. Namun di sisi lain, mereka bisa menyatu di dalam penggolongan kehidupan social dan politik atau lainnya.
Dalam keadaan berbeda tetapi bisa menyatu atau diversity in unity atau juga menyatu di dalam perbedaan atau unity in diversity, maka diandaikan bahwa meskipun manusia itu berbeda-beda akan tetapi memiliki kemampuan untuk menyatu dalam penggolongan-penggolongan social di dalam kehidupan. Memang manusia memiliki sisi kehidupan individu dan juga social. Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk social.
Sebagai makhluk individu yang memiliki kepentingan berbeda dengan lainnya, maka benturan kepentingan dalam penggolongan social tentu tidak bisa dihindarkan. Meskipun mereka telah menjadi satu dalam penggolongan social akan tetapi tidak berarti bahwa mereka telah memiliki satu ikatan yang sama sekali menyatu. Tetap ada individualitas di tengah komunitas atau sosialitas.
Disebabkan oleh realitas sosial semacam ini, maka di dalam konsepsi social maka dikenal istilah toleransi. Yaitu perbedaan-perbedaan di dalam suatu komunitas atau sosialitas, yang tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersama karena ikatan-ikatan social yang mereka ciptakan dan lakukan.
Mereka membangun kesepahaman dan kebersamaan. Mereka membuat aturan sebagai pedoman untuk merajut kebersamaan itu. Mereka merumuskan kesepakatan agar kehidupannya menjadi damai. Inilah yang disebut sebagai kemampuan agensi manusia untuk merumuskan kebersamaan di tengah perbedaan yang bahkan sangat rumit dipersatukan.
Di dalam rumah tangga saja pasti ada perbedaan, bahkan pertentangan. Bisa antara suami dan istri, antara orang tua dan anak atau antar saudara. Akan tetapi manusia selalu memiliki kemampuan untuk merajut kembali perbedaan tersebut ke dalam kesatuan-kesatuan organic. Apalagi di dalam kehidupan segregasi di dalam kelompok. Yang pasti akan didapati perbedaan, pertentangan bahkan konflik yang terkadang sulit diredam. Namun demikian, selalu saja manusia memiliki kemampuan untuk melakukan negosiasi atas perbedaan tersebut.
Potensi berbeda yang bersandingan dengan potensi menyatu adalah keunikan manusia sebagai makhluk social. Dan inilah salah satu kelebihan manusia di dalam relasinya dengan dunia kehidupannya. Makanya, manusia dapat mengembangkan toleransi yang tidak ada putus-putusnya. Datang dan silih berganti. Jika ada konflik maka kemudian muncul rekonsiliasi. Demikian seterusnya.
Jadi, jika manusia kemudian mengembangkan sikap toleransi dalam banyak urusannya, maka sesungguhnya ini merupakan aktualisasi potensi manusia yang sebenarnya juga memendam toleransi itu di dalam dirinya.
Toleransi antar umat beragama, antar etnis, antar suku, dan sebagainya merupakan fondasi dasar bagi terselenggaranya kehidupan social yang teratur. Keteraturan social hanya akan terjadi jika di dalam kehidupan ini manusia mengembangkan toleransi di dalam banyak aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bi al shawab.