• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PRESTASI ITU MEMBANGGAKAN

 Saya tetap merasa optimis bahwa pada  suatu kesempatan kita akan bisa menegakkan kepala dan membusungkan dada bukan sebagai tindakan sombong, akan tetapi karena kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Kebanggaan itu bukan semu. Akan tetapi sebuah kebanggaan yang nyata karena prestasi yang dapat diraih oleh bangsa ini. Kebanggan sebagai bangsa Indonesia itu sesungguhnya didapatkan melalui terciptanya prestasi di tengah kompetisi yang sangat ketat. Siapa yang kompetitif,  maka dialah yang akan memenangkan persaingan.

Kemarin, 24 April 2010, saya bertemu dengan Pak Surya Aka, wartawan senior yang telah lama malang melintang dalam dunia jurnalistik. Selain wartawan di koran juga di media televisi. Di dalam pertemuan singkat itu, sempat terungkap beberapa hal yang terkait dengan kecenderungan media dalam pemberitaan. Pemberitaan itu lebih banyak menampilkan tentang kekerasan, seperti demonstrasi, kriminalitas atau tindakan yang menyalahi aturan. Selain itu juga pemberitaan tentang infotainment yang lebih banyak unsur gosipnya ketimbang fakta empirisnya.

Ungkapan ini tentu saja benar,  sebab banyak pemberitaan yang lebih menekankan dimensi tayangan informasi yang cenderung anomali, misalnya demonstrasi dengan kekerasan aktual. Dalam demonstrasi  di Priok tentang rumor penggusuran makam Mbah Priok, maka ditayangkan secara live, Satpol PP yang memukuli demonstran beramai-ramai, sehingga muncul kesan dan komentar bahwa Satpol PP kejam dan perlu dihilangkan strukturnya di dalam sistem birokrasi. Padahal justru akhirnya diketahui yang meninggal justru tiga anggota Satpol PP. Tentang bagaimana kerumunan menggebuki satpol PP tidak terkover di acara live TV tersebut. Saya tentu juga sangat tidak setuju dengan kekerasan apapun, sebab kekerasan akan menghasilkan kekerasan baru.

Saya tidak tahu apakah karena dalih kebebasan lalu semuanya bisa ditayangkan, bisa disiarkan. Saya kira tidak semua yang terjadi bisa ditayangkan, sebab tentu ada faktor fit to expose terhadap kejadian-kejadian di sekitar kita. Ketika saya melihat Satpol PP melakukan tindakan kekerasasn, maka saya pun berpikir, waduh kejam sekali. Tetapi begitu tahu anggota Satpol PP yang meninggal juga lalu muncul pikiran, masyarakat juga kejam sekali. Kekerasan kontra kekerasan akan meninggalkan siklus kekerasan.  

Saya rasa tayangan tentang keberhasilan juga penting. Tetapi juga harus keberhasilan yang nyata, bukan semu. Keberhasilan yang merupakan kebanggaan bersama. Bukankah masih ada sesuatu yang bisa dibanggakan. Salah satu contoh adalah keberhasilan tim dokter Indonesia yang berhasil melakukan operasi cangkok liver pada  Ramdan Aldiel Saputra, bocah kelainan liver atresia bilier, yang Sabtu lalu (24/04/10) menjalani cangkok hati di RSUD dr. Soetomo Surabaya, selama 12 jam 45 menit. Ternyata bahwa operasi itu berhasil dan semoga kemudian memang membuat kehidupan Aldiel semakin membaik. Operasi ini ditayangkan secara live oleh JTV dan Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan berhasil. Jurnalisme memang sudah memasuki semua aspek kehidupan, bahkan operasi cangkok liver pun bisa ditayangkan.

Melalui keberhasilan ini, maka sekurang-kurangnya membuat percaya diri masyarakat tentang kemampuan dokter Indonesia. Bukankah selama ini orang lebih percaya pada rumah sakit Cina, dokter Cina, rumah sakit Singapura, dokter Singapura dan sebagainya. Bahkan bagi mereka yang kaya, kena flu saja harus berobat ke Singapura. Ya sekaligus shopping. Bukankah shopping di Singapura jauh lebih membanggakan ketimbang shopping di Surabaya atau Jakarta.

Melalui keberhasilan ini, tentu saja masih ada yang tersisa untuk dibanggakan. Kita lalu punya harga diri. Bukankah di era kompetisi seperti sekarang dan di dunia yang terus mengglobal sehingga tidak ada lagi proteksi, maka persaingan akan kemampuan di setiap lini kehidupan akan menjadi sangat nyata. Melalui Asia China Free Trade Area (ACFTA), maka semua yang datang dari Cina atau Asia lainnya demikian pula sebaliknya maka tidak bisa dilarang.  Sehingga semuanya tanpa ada pembatasan atau proteksi.

Di tengah nuansa seperti ini, maka membangun kemampuan kompetisi menjadi sangat penting. Itulah sebabnya menyebarkan keberhasilan apapun bentuknya menjadi media yang sangat penting untuk membangkitkan kebanggan sebagai bangsa.

Di dalam skala mikro IAIN Sunan Ampel, maka gerakan untuk berprestasi menjadi sangat penting. Banyaknya media (jurnal) yang berkualitas, banyaknya doctor yang berkualitas, banyaknya guru besar yang berkualitas, banyaknya prestasi yang diukir mahasiswa dalam level regional maupun nasional tentu akan menjadikan kita bangga.

Oleh karena itu, semua civitas akademika IAIN Sunan Ampel mestilah menjadi the winner (pemenang)  dalam banyak aktivitas akademis dan bukan menjadi the losser (pecundang). Untuk menjadi pemenang, maka syaratnya hanya tiga saja yaitu: kerja keras, komitemen yang kuat dan kerjasama.

Jika ini bisa dilakukan bukan mustahil kita akan leading dalam banyak aspek di dunia kelembagaan dan akademis di negeri ini.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini