TERORISME SEBAGAI MUSUH BERSAMA
Hingga hari ini ternyata belum diketahui secara jelas siapa sesungguhnya otak pelaku bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW. Mariott. Bom itu sesungguhnya sudah terjadi semenjak tanggal tanggal 17 Juli 2009 yang lalu. Artinya sudah 13 hari aparat keamanan melakukan penelusuran dan pelacakan terhadap pelaku bom di Mega Kuningan tersebut namun hasilnya masih belum memuaskan.
Kemarin, 30 Juli 2009, muncullah “pengakuan Bom Bunuh Diri di Blog Bushro” atau tepatnya di situs http//mediaislam.bushro.blog.spot.com yang menyatakan bahwa “aksi bom bunuh diri itu dilakukan sebagai pembalasan atas aksi Amerika Serikat di negeri Islam”. Namun demikian pengakuan ini diragukan oleh kalangan aparat keamanan dan juga ahli telematika dan juga mantan pelaku Islam garis keras.
Usaha yang dilakukan oleh aparat keamanan dalam membongkar jaringan pelaku kekerasan atas nama agama tentunya sudah luar biasa. Sudah banyak orang yang dimintai keterangan bahkan tes DNA untuk mencari jejak pelaku bom bunuh diri dimaksud. Namun demikian, hingga sekarang titik terang itu belum didapati. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan besar, kenapa dalang bom tersebut belum ditemukan. Apakah benar bahwa pelaku utamanya –otak gerakan—adalah Noordin M. Top. Jika benar, maka Noordin memang Manusia Top.
Jaringan terorisme memang menggunakan sistem yang sulit diurai, artinya bahwa ada lapisan-lapisan yang sangat kuat yang saling menyembunyikan. Jika ada yang tertangkap, maka ada kemungkinan yang diumpankan adalah tokoh kecil yang belum memiliki peran besar. Tetapi siapapun yang kemudian dikorbankan akan siap menerimanya. Dalam jaringan ini, semua yang terlibat telah memiliki kesadaran bersama untuk melakukan apa saja yang diperlukan oleh pemimpin besarnya. Inilah yang menyebabkan gembong besarnya sulit ditangkap sebab bisa jadi mereka yang tertangkap memang tidak tahu persis di mana si pemimpinnya berada. Selain itu juga mobilitas sang pemimpin juga luar biasa. Bisa hit and run sedemikian rupa, sehingga pergerakan itu bahkan juga tidak diketahui kecuali oleh para pemimpin kelas kakapnya atau sel utamanya.
Terorisme adalah musuh bersama dan harus diperangi secara bersama-sama pula. Sebagai bagian dari masyarakat yang mengutuk terhadap aksi bom bunuh diri, maka sudah selayaknya jika kemudian kita beranggapan bahwa Noordin M. Top bukan hanya musuh pemerintah atau aparat keamanan, tetapi adalah musuh bersama. Ia adalah common enemy. Maka, semestinya juga semua kemudian memiliki anggapan bahwa siapapun yang tahu tentang dia harus melakukan tindakan lihat dan lapor. Memang tidak mudah mengenalinya. Tetapi juga bukan berarti bahwa dia tidak bisa dikenali. Dr. Azhari yang mati terbunuh beberapa saat yang lalu adalah contoh kerja keras dan cerdas para aparat dan masyarakat dalam melakukan tindakan untuk membungkam para pelaku tindak kekerasan.
Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap wilayahnya masing-masing. Oleh karena itu, Kepolisian Resor Surabaya Selatan telah melaunching program “Wajib lapor 1 x 24 jam” untuk mengantisipasi terorisme dan tindak pidana kejahatan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya aparat untuk mengantisipasi dan melakukan pengawasan terhadap mereka yang layak dicurigai.
Terorisme adalah kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime), sebab menggunakan bom yang bisa meluluhlantakkan apa saja dan menghilangkan nyawa siapa saja. Jika kemudian tidak dijadikan sebagai musuh bersama, maka akan menjadikan mereka semakin kuat dan semakin tidak tersentuh. Sebagai kejahatan yang luar biasa, maka pantaslah jika semua mata harus tertuju kepadanya. Semua tidak lagi boleh lengah menghadapi kekerasan seperti ini. Sekali saja lengah maka kita akan menemukan kerusakan yang luar biasa. Bahkan juga bisa merusak relasi antar bangsa.
Di tengah suasana seperti ini, maka pantaslah jika semua yang beragama secara moderat kemudian menjadi pilar dalam rangka mengawasi terhadap kemungkinan extraordinary crime ini melakukan aksinya lagi. Maka tidak ada jalan lain, jadikanlah terorisme sebagai musuh bersama.
Wallahu a’lam bi al-shawab.
