BERIKAN IMAN YANG SEMPURNA
BERIKAN IMAN YANG SEMPURNA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya akan memberikan penjelasan tentang ceramah Ustadz Dr. Cholil Uman, MPd., dosen Bimbingan Konseling Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, pada jamaah Shalat Tarawih di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Ceramah dari seorang ahli Bimbingan dan Konseling Islam, yang secara rutin terlibat di masjid-masjid di Surabaya untuk memberikan pencerahan tentang beragama yang benar. Agama yang penuh dengan rasa cinta dan persaudaraan. Ceramah tersebut dilaksanakan bada shalat Isya’, pada 10/03/2025. Tema yang dibawakan Ustadz Dr. Cholil adalah tentang “Berikan Iman Yang Sempurna”.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Cholil bahwa ada doa yang selalu dilantunkan pada saat shalat Tarawih, yang biasanya dibaca oleh imam shalat antara shalat tarawih dan shalat witir, yang doa tersebut, artinya ialah: “Ya Allah berikan kepada kami iman yang sempurna”. Yang kita minta kepada Allah adalah iman yang sempurna, iman yang sungguh-sungguh, iman yang tidak sedikitpun mengandung kesyirikan, iman yang benar-benar murni hanya kepada Allah SWT.
Mengapa kita berdoa memohon iman yang sempurna? Mengapa kita tidak mencukupkan dengan iman yang sekarang sudah kita miliki? Kenapa harus iman yang kita minta dan sebagainya. Ada tiga hal yang disampaikan oleh Ustadz Cholil, pertama, iman itu keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, atau iman kepada Allah. Iman kepada Allah merupakan kunci dari segala bentuk keimanan lainnya, yang dikenal sebagai rukun iman. Iman kepada Allah SWT menjadi satu basis bagi keimanan lainnya, dan juga amal ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.
Ada banyak hal yang membuat iman kita tidak murni. Iman kita terkadang terasa kurang, tetapi di sisi lain juga terkadang rasanya bertambah. Kita menjumpai orang yang beriman kepada Allah SWT, mengaku sebagai orang mukmin tetapi masih mempercayai atas hal-hal yang sesungguhnya bertentangan dengan keyakinan yang murni kepada Allah SWT. Misalnya ada orang mukmin yang kemudian melakukan tindakan takhayul yang menyatakan bahwa ada kekuatan gaib lainnya yang bisa mempengaruhi atas prilaku manusia. Ada di antara orang beriman yang menaruh sesaji di pohon-pohon besar karena di situ diyakini ada kekuatan gaib yang mempengaruhi atas prilakunya.
Kedua, iman itu bisa diucapkan atau iman bil kalam atau iman bil lisan adalah orang yang melafalkan iman kepada Allah, misalnya amantu billah, yang artinya saya beriman kepada Allah. Ada orang yang menyatakan secara lesan telah beriman kepada Allah misalnya dengan mengucapkan syahadat atau persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai Rasulullah. Namun demikian ucapan tersebut tinggallah ucapan, sebab hatinya dan perilakunya belum menggambarkan sebagai orang yang sudah beriman kepada Allah. Makanya, iman tidak hanya cukup di lesan saja, akan tetapi harus diikuti dengan iman di hati atau iman bil qalbi. Jadi tashdiqu bil lisan dan didasari oleh tahdiqu bil qalbi. Dua-duanya belum lengkap jika tidak diikuti dengan iman bil ‘amal atau iman yang berbasis pada amal yang sesuai dengan iman dimaksud. Disebut sebagai tashdiqu bil amal. Iman itu dibuktikan dengan amal shaleh.
Ketiganya itulah yang dimohonkan kepada Allah melalui doa yang dilantunkan pada saat kita melakukan shalat tarawih. Sebagaimana diketahui bahwa doa tersebut memang khusus dibaca pada waktu shalat tarawih. Jarang dibaca pada saat shalat rawatib pada umumnya. Jadi setahun sekali kita memohon kepada Allah agar diberikan iman yang sempurna atau iman kamilan. Indicator iman yang kamilan adalah kala kita melafalkan iman dengan lesan yang didasari oleh iman dengan hati dan dilanjutkan dengan iman yang diamalkan dalam amalan shaleh.
Ketiga, iman yang benar. Di dalam doa lain di dalam shalat tarawih juga kita memohon kepada Allah agar diberikan iman yang benar atau imanan shadiqan. Doa tersebut artinya: “Ya Allah berikan kepada kami iman yang benar”. Doa ini dibaca ba’da shalat tarawih dan witir. Doa yang menggambarkan harapan para mukminin untuk selalu berada dan menjadi bagian dari orang-orang yang beriman yang benar.
Untuk menjadi orang yang beriman dengan benar, maka ada beberapa persyaratan, yaitu: melatih diri agar selalu menjaga lesannya. Ucapkan kata yang memberikan gambaran akan keimanan kita, misalnya jika ada sesuatu yang kurang baik, maka ucapkan masyaallah, jika ada sesuatu yang baik ucapkan subhanallah. Jika ada sesuatu yang jatuh ucapkan inna lillah dan sebagainya.
Kemudian melatih agar sikap kita selalu bersesuaian dengan ajaran Islam dan iman kita kepada Allah SWT. Kita harus selalu bersikap baik kepada Allah dan Rasulullah serta umat manusia lainnya. Kita selalu bermuka menyenangkan, dan upayakan jangan cemberut di kala bertemu siapa saja. Senyum harus menghiasi wajah kita. Lalu melatih berprilaku baik. Segala sesuatu itu dasarnya adalah kebiasaan.
Oleh karena itu lakukan hal-hal yang baik setiap hari agar kemudian menjadi kebiasaan. Orang yang terbiasa shalat jamaah, maka ada rasa yang kurang di kala shalat sendirian. Orang yang terbiasa bersedekah juga ada rasa yang kurang jika tidak bersedekah. Demikian seterusnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.