• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KALA TUHAN BERSUMPAH DENGAN MASA

KALA TUHAN BERSUMPAH DENGAN MASA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya akan menjelaskan mengenai ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Khobirul Amru, Magister Agama, Al Hafidz, pada jamaah Shalat Tarawih di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency  Ketintang Surabaya, pada Ahad, 09/03/2025. Sebuah ceramah dari seorang ahli tafsir sehingga penjelasannya sangat komprehensif dan mencerahkan. Saya yakin jamaah puas atas penjelasannya yang ringkas tetapi mencerahkan. Tema yang dibahas adalah mengenai tafsir atas Surat Al Ashr, yang membahas tentang sumpah Allah SWT yang menggunakan masa atau waktu sebagai sumpahnya. Ada tiga penjelasan terkait dengan tafsir atas ayat ini, yaitu:

Pertama,  surat al Ashr dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Demi masa,  sungguh manusia berada di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. Artinya bahwa Allah secara khusus menjadikan masa atau waktu sebagai sumpahnya. Pada ayat yang lain Allah bersumpah dengan demi fajar, demi malam, demi matahari, demi waktu dhuha, dan sebagainya. Tetapi khusus di dalam ayat ini Allah menjadikan masa atau waktu sebagai sarana bersumpah.

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa ada dua pandangan, yaitu masa atau waktu  secara  umum dan tidak menunjuk waktu yang khusus. Artinya, seluruh waktu baik siang maupun malam. Waktu itu begitu penting. Waktu itu tidak berulang. Waktu itu terus berjalan. Waktu tidak pernah berhenti. Yang sudah berlalu pasti berlalu. Tidak bisa diulang lagi. Ada juga ahli tafsir yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah waktu ashar. Waktu matahari dalam waktu cepat akan tenggelam. Kehidupan di dunia tersebut seperti waktu ashar yang sebentar saja akan tenggelam. Oleh karena itu dengan Allah menjadikannya sebagai sumpah tentu menunjukkan betapa pentingnya waktu yang akan segera tenggelam. Manusia harus menjadikannya sebagai pengingat bahwa umur manusia itu terbatas, dan jika sudah senja tentu akan kemana lagi setelahnya. Hanya kematian.

Kedua, semua manusia berpotensi untuk merugi.  Tidak ada manusia yang tidak dalam kerugian. Tetapi Allah memberikan jaminan ada empat kelompok manusia yang tidak berada di dalam kerugian. Yaitu orang yang beriman. Orang yang meyakini keberadan Allah merupakan orang pertama yang tidak merugi di dalam kehidupan. Iman adalah kata kunci. Dengan iman kepada Allah, maka manusia akan terhindar dari kerugian di dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akherat. Ada banyak orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan tidak beriman atas kenabian Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah orang yang merugi. Orang yang tidak mendapatkan cahaya keilahian berdasarkan atas ajaran Islam. Kebenaran sudah disampaikan, penjelasan sudah dicukupkan akan tetapi ada sebagian orang yang tidak mempercayainya. Inilah orang yang sungguh merugi. Orang yang tidak mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Lalu orang yang beramal shalih. Tidak ada amal shalih jika tidak didasari oleh iman. Makanya iman itu menjadi basis bagi segala amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia. Ada banyak orang yang melakukan pilantropi tetapi basisnya bukan dari agama. Hal itu dilakukan hanya berdasar atas kemanusiaan belaka. Yang seperti ini bukanlah amal shalih yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Amalan  seperti ini hanyalah memenuhi kepentingan yang profan dan tidak memenuhi kepentingan yang sacral. Hanya memenuhi kepentingan duniawi dan tidak memenuhi kepentingan ukhrawi.

Terkadang kita tidak sadar bahwa mengambil paku di tengah jalan atau mengambil duri di tengah jalan merupakan amal shaleh. Dengan menjadikan orang yang lewat di jalan itu selamat, maka hal tersebut sudah merupakan amal ibadah yang sangat bernilai harganya. Islam mengajarkan agar kita semua saling bertolong menolong dalam kebaikan. Dan jangan bertolong menolong dalam kejahatan. Itulah sebabnya ajaran Islam itu penuh dengan kebaikan, kebaikan yang umum maupun yang khusus.

Ketiga, orang yang berwasiat tentang kebenaran dan berwasiat tentang kesabaran.  Untuk berwasiat tentang kebenaran tentu tidak mudah. Sebab orang yang mengajarkan tentang kebenaran tentunya adalah orang yang sudah berbuat tentang kebenaran. Jadi haruslah orang yang melakukan kebenaran dulu yang bisa berwasiat tentang kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan di dalam konteks ini adalah kebenaran agama. Kebenaran tentang ajaran iman dan Islam. Menyampaikan kabar tentang kebenaran Allah sebagai Dzat yang menciptakan alam dan seisinya dan seluruh tata surya di dalam kehidupan. Juga meyakini tentang malaikat Allah, Rasulullah, kebenaran kitab-kitab Allah, percaya tentang hari akhir dan takdir baik dan buruk. Lalu juga menjalankan ajaran Islam yang tersimpul di dalam rukun islam. Harus bersyahadat, melakukan shalat, membayar zakat, melakukan puasa dan haji bagi yang mampu.

Dan yang tidak kalah penting juga berwasiat tentang kesabaran. Kata kunci berikutnya agar tidak merugi di dalam kehidupan adalah dengan kesabaran. Hidup ini banyak masalahnya, dan yang akan memenangkannya di dalam pertarungan adalah mereka yang bisa mengerem hawa nafsu kemarahan dan menggantikannya dengan kesabaran. Ada kalanya kita mendapatkan kesenangan dan ada kalanya kita mendapatkan kesusahan, maka untuk menyikapi keduanya adalah dengan kesabaran.

Dengan demikian, di dalam kehidupan terdapat potensi kerugian, dan hanya emat hal untuk mengganti kerugian dengan keberuntungan yaitu orang yang beriman kepada Allah, orang yang melakukan amal shaleh, orang yang suka berwasiat tentang kebenaran dan berwasiat tentang kesabaran.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..