• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRILOGI SUJUD, BERBUAT KEBAJIKAN  DAN KEBERUNTUNGAN

TRILOGI SUJUD, BERBUAT KEBAJIKAN  DAN KEBERUNTUNGAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kali ini saya akan menuliskan ceramah Ustadz Muhammad Zamzami, Sarjana Agama, Al Hafidz, pada acara Kuliah Tujuh Menit atau Kultum di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Sebagaimana biasanya, acara kultum diselenggarakan ba’da shalat Isya’ berjamaah yang diikuti oleh jamaah Masjid Al Ihsan. Lelaki dan perempuan. Tema yang diceramahkan adalah “Trilogi Sujud, Berbuat Kebajikan  dan Keberuntungan”.

Terdapat ayat, sebagaimana dibacakan oleh Ustadz Zamzami, Surat Al Haj, ayat 77 yang artinya adalah: “Wahai orang yang beriman rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, perbuatlah  kebajikan, supaya kamu  memperoleh keberuntungan”. Ayat ini khithabnya untuk orang yang beriman kepada Allah. Jadi orang mukmin atau orang muslim yang mendapatkan kewajiban untuk melaksanakan rukuk, sujud dan beribadah, yaitu  orang yang sudah beriman kepada Allah SWT.

Menurut Ustadz Zamzami, bahwa ada tiga hal mendasar di dalam Islam terkait dengan hubungan dengan Allah atau hablum minallah dan juga hubungan dengan sesama manusia atau hablum minan nas. Pertama, Allah memerintahkan kepada hambanya untuk rukuk. Yaitu bagian dari menyembah kepada Allah. Di dalam shalat ada stau rukun shalat yaitu melaksanakan rukuk yang artinya: memberikan penghormatan kepada Allah. Di dalam tradisi kita,  orang menghormat itu dengan mengangkat tangan dan ditaruh di depan telinga atau membungkuk dengan sikap pasrah. Rukuk adalah sikap hormat kepada Allah SWT. Tangan ditaruh di lutut depan, punggung membungkuk dan kepala rata dengan punggung. Inilah bentuk penghormatan kepada Allah SWT. Pada waktu rukuk kita membaca doa shalat yang artinya: “Maha Suci Allah yang Maha Agung, dan segala puji bagi-Nya”.

Lalu manusia beriman harus sujud kepada Allah, artinya manusia beriman harus patuh dan tunduk kepada Allah SWT dengan sikap sujud yaitu menempelkan muka ke lantai masjid atau mushalla, tangan memegang lantai, sedangkan  lutut dijadikan sebagai pijakan  pinggul dan pantat. Sujud sudah menjadi khasanah di dalam tradisi kita, bahwa Tindakan sujud menggambarkan kepatuhan atas yang berstatus lebih atas. Di dalam konteks ayat ini, maka kita patuh kepada Allah SWT. Waktu sujud kita membaca: “Maha Suci Allah yang Maha Tinggi dan segala puji bagi-Nya”.

Kita diminta oleh Allah SWT untuk beribadah. Ibadah adalah kata kunci bagi umat Islam dalam kerangka pengabdian dan kepatuhan kepada Allah SWT. Ibadah merupakan penghambaan manusia kepada Allah. Sebuah pengakuan bahwa tidak ada Dzat yang patut disembah kecuali Allah SWT. Jika orang bisa menghormat dan patuh pada raja atau presiden, maka harus lebih patuh kepada Allah SWT sebagai Dzat yang menciptakan alam dan segala isinya.

Kedua, beramal kebajikan. Amal kebajikan di dalam ayat ini merupakan perbuatan baik yang ditujukan kepada manusia. Sebagai makhluk Allah yang beriman kepada-Nya, maka sudah seharusnya jika kita melakukan kebaikan di dalam kehidupan. Kebaikan kepada keluarga, tetangga dan juga masyarakat pada umumnya.  Kebaikan tersebut dapat diwujudkan dengan saling menghormat, saling mengasihi, saling memberi dan saling berbuat yang menyenangkan. Tidak ada kebencian, tidak ada ghibah atau menggunjing, tidak saling mengungkapkan kesalahan dan kejelekan dan sebagainya. Semua didasari oleh pemahaman ajaran Islam tentang ukhuwah Islamiyah atau ukhuwah basyariyah.

Sebagai sesama manusia sudah sepantasnya jika kita berbuat baik kepada orang lain. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, maka dipastikan orang lain juga akan berbuat baik kepada kita. Kerukunan akan terjadi jika di dalam masyarakat terdapat sikap yang saling menghargai, dan disharmoni social akan terjadi jika di dalam masyarakat terdapat kebencian. Oleh karena itu mari kita rajut kasih sayang kepada sesama manusia agar kita dapat hidup tenteram dan damai.

Ketiga, ujung akhir dari upaya-upaya yang diajarkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW adalah untuk meraih keberuntungan. Keberuntungan di dunia dan juga keberuntungan di akherat. Hal itu akan terjadi jika iman kita berimplikasi atas perilaku kita atas sesama manusia. Keberuntungan akan terjadi jika kita telah melakukan hablum minallah dengan baik dan juga hablum minannas yang baik pula.

Puasa adalah momentum yang baik untuk beribadah. Bayangkan bahwa satu amal ibadah akan dinilai oleh Allah dengan 700 amal ibadah atau bahkan dinyatakan 1000 ibadah. Jadi kalau kita melakukan amal sedekah sekali maka Allah akan melipatgandakannya menjadi 700 kali atau 1000 kali.  Dan hal ini hanya terjadi pada bulan Ramadlan. Makanya mari kita manfaatkan bulan puasa untuk beramal kebaikan karena Allah akan melebihkan pahalanya untuk kita.

Semoga puasa kita akan diterima oleh Allah SWT dan akhirnya kita akan memperoleh keberuntungan atau memperoleh kemenangan atau memperoleh kebahagiaan. Dan itu sesuatu yang nyata adanya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..