BERGEMBIRALAH MENYAMBUT RAMADLAN
BERGEMBIRALAH MENYAMBUT RAMADLAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Kali ini saya ingin menuliskan ceramahnya Ustadzah Luluk Ita Nur Rosidah, Magister Agama, yang memberikan ceramah dalam acara Kuliah Tujuh Menit atau Kultum di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, pada 05/03/2025. Tidak banyak acara kultum yang diisi dengan penceramah atau da’iyah perempuan, dan di Masjid ini hal tersebut terselenggara.
Sebagaimana umumnya, ceramah agama tentu dimulai dengan salam dan bacaan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan kekhasan yang kita dapatkan di dalam ceramah agama di Indonesia pada umumnya. Nyaris semua da’i atau da’iyah menjadikan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pengantar ceramahnya. Bahkan mungkin tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara tetangga kita, Malaysia.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dinyatakan bahwa: “Barang siapa yang bergembira menyambut datangnya Bulan Ramadlan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya dari api neraka”. Hadis ini memberikan gambaran tentang bagaimana seharusnya umat Islam merasa bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadlan. Bergembira disebabkan pada bulan ini, Allah SWT akan memberikan pahala berlipat-liat bagi orang yang melakukan amalan-amalan yang baik.
Oleh karena itu, di bulan ini umat Islam harus banyak membaca atau tadarrus Alqur’an, membaca kalimat tauhid, membaca kalimat tahmid, membaca istighfar, bersedekah, dan melakukan shalat sunnah yang lazim dilakukan pada bulan Ramadlan, seperti shalat tarawih dan shalat witir. Kita yang hadir insyaallah merupakan bagian dari umat Islam yang sudah memenuhi perintah Allah SWT.
Menurut Ustadzah Luluk ada tiga golongan orang yang menyambut puasa Ramadlan. Tiga golongan tersebut adalah: pertama, orang yang bergembira dan juga dapat melaksanakan puasa dan amal-amal kebaikan lainnya. Inilah orang yang sangat beruntung sebab datangnya puasa dapat dijadikan sebagai momentum untuk melakukan amal ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan oleh Allah SWT. Mereka dapat melakukan puasa selama sebulan penuh, mereka dapat melakukan sedekah baik di masjid atau di luar masjid, dapat melakukan shalat sunnah dan dapat juga membaca Alqur’an.
Mereka adalah orang yang sehat jasmani dan rohaninya. Puasa merupakan ibadah fisik yang menuntut adanya kesehatan yang prima. Puasa merupakan ibadah untuk menahan tidak makan dan minum di siang hari dan diperbolehkan untuk melakukannya pada malam hari. Bisa dibayangkan jika fisik kita tidak dalam keadaan sehat, maka kita tidak bisa melakukan puasa. Meskipun bisa menggantinya pada hari lain, akan tetapi puasa pada saatnya tentunya akan terasa indahnya.
Kita semua yang bisa melakukan shalat Isya’ berjamaah dan shalat tarawih adalah orang yang sehat. Dipastikan kita semua dapat melakukan puasa dengan benar. Inilah kebahagiaan yang luar biasa bagi kita yang hari-hari ini dapat menjalankan ajaran Islam secara utuh. Makanya jalan terbaik adalah bersyukur atas nikmat Allah SWT yang luar biasa untuk kita semua. Kita terus berdoa agar kita terus diberikan kesehatan oleh Allah SWT dan bisa berjumpa dengan puasa tahun berikutnya.
Kedua, orang yang bergembira dengan datangnya puasa Ramadlan tetapi tidak mampu melakukannya. Mereka adalah orang Islam yang memiliki ketaatan atas ajaran Islam. Hanya saja secara fisikal tidak memungkinkannya untuk melaksanakan puasa. Misalnya orang tua yang sudah tidak dapat melakukan puasa, karena udzur dan factor kesehatan. Mereka memang tidak diwajibkan puasa tetapi dapat menggantikannya dengan membayar fidiyah sesuai dengan aturan fiqih. Termasuk orang yang sakit dan tidak dapat menjalankan puasa karena kekhawatiran bahwa sakitnya akan menjadi lebih parah. Orang yang bepergian dan berpeluang tidak melakukan puasa. Mereka-mereka merupakan orang yang mendapatkan ruhshoh atau keringanan untuk tidak menjalankan puasa. Dan bisa menggantikannya di hari lain.
Ketiga, orang yang tidak suka dengan kehadiran bulan puasa. Mereka merasa dibatasi untuk melakukan hal-hal yang dianggap tidak relevan dengan puasa. Misalnya tidak bebas makan dan minum, tidak bebas melakukan perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukannya. Misalnya nongkrong di Café, atau merokok sembarangan seperti biasanya. Dianggapnya puasa dapat mengurangi kebebasannya dalam melakukan sesuatu.
Mereka tidak happy kala bulan Ramadlan tiba. Bulan tersebut dianggapnya sebagai bulan yang menyengsarakan orang. Bagi mereka dilarang makan siang hari dan dilarang minum siang hari dan juga melakukan relasi seksual dengan istri atau suami merupakan ajaran yang bertentangan dengan kemanusiaan. Manusia dilarang makan dan minum pada siang hari dan menggantinya di malam hari. Ajaran agama tentang puasa itu tidak masuk akal.
Sungguh bagi mereka ini, ajaran puasa merupakan ajaran agama yang membuatnya tidak happy dan tidak bahagia. Dianggapnya bahwa ajaran ini melawan kebiasaan dan tradisi masyarakat yang terbiasa makan dan minum di siang hari. Mereka adalah orang yang ingkar atas kebenaran ajaran agama.
Kita semua merasakan betapa nikmatnya menjadi umat Islam yang dapat melakukan ajaran agama yang kita yakini kebenarannya. Kita tentu tetap berharap bahwa ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan diujung akhir kita dapat menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah.
Wallahu a’lam bi al shawab.