• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PRESTASI DALAM MENJALANI IBADAH PUASA

PRESTASI DALAM MENJALANI IBADAH PUASA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ada seorang sahabat saya yang menyatakan bahwa agar kita dikenal Allah SWT, maka kita harus memiliki prestasi. Jika tidak maka jangan berharap Allah akan mengenalnya. Tetapi Allah itu maha Rahman dan Rahim, maka Allah pastilah menurunkan instrument agar kita bisa dikenalnya. Dan salah satu instrumennya adalah dengan mengamalkan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Lewat bacaan shalawat itulah kita bergantung untuk mendapatkan kasih dan sayangnya Allah SWT.

Jika kita mengaca atas perjalanan para waliyullah di Tanah Jawa, maka akan dapat dijumpai berbagai macam prestasi. Saya ingin mengambil contoh Kanjeng Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai seorang wali yang berhasil memadukan antara tradisi Islam yang murni dengan tradisi Jawa yang adiluhung.

Kanjeng Sunan Kalijaga dikenal sebagai putra Bupati Tuban Ki Ageng Wilwatikta, seorang keturunan Timur Tengah dan kemudian diambil menantu oleh Bupati Tuban. Sebagai seorang pemuda, Kanjeng Sunan telah memiliki kesadaran social yang sangat tinggi. Hanya saja, kesadaran social itu dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Yaitu merampok rumah orang kaya dan kemudian hasilnya diberikan kepada orang-orang miskin. Beliau disebut sebagai Brandal Lokajaya. Nama yang disematkan kepada Lapangan Sepak Bola di Tuban. Stadion Loka Jaya.

Pada suatu kesempatan Kanjeng Sunan Kalijaga bertemu dengan Kanjeng Sunan Bonang, putra Kanjeng Eyang Sunan Ampel. Pada saat itulah Kanjeng Sunan Bonang mengenalkan suatu kejadian yang bagi Sunan Kalijaga dianggap aneh. Tidak masuk akal. Buah kelapa tiba-tiba berubah menjadi emas, sehingga membuat Sunan Kalijaga tersadar dan akhirnya berguru kepada Kanjeng Sunan Bonang.

Sebagai  pertobatannya, Kanjeng Sunan Kalijaga harus bertapa selama beberapa tahun, tiga tahun, di sungai dengan memupus semua keinginan duniawi. Tiga  tahun berlangsung. Setiap malam Kanjeng Sunan Kalijaga melafalkan “Kidung Rumeksa ing WengI.” Dari sinilah Allah membuka mata batinnya untuk menerima kebenaran Allah Azza wa Jalla. Dari pengalaman menjalani “mesu diri atau tapa brata” ini,  maka Kanjeng Sunan memperoleh pencerahan keilahian yang tidak didapatkan oleh makhluk Tuhan lainnya. Ini adalah sebuah prestasi.

Ada juga seseorang yang kemudian menjadi Kyai, juga karena amal ibadahnya yang luar biasa. Di masa mudanya, Kyai ini berjalan dari Banyuwangi ke Banten sambil menghafalkan Alqur’an. Bertahun-tahun dijalaninya. Bukan perjalanan biasa tetapi perjalanan sambil berpuasa. Akhirnya Alqur’an berhasil dihafalkannya. Kyai Zainul Ibad adalah contoh seorang kyai yang mendapatkan kasih sayang Allah karena prestasi ibadahnya. Pesantren dan lembaga pendidikan mulai dari lembaga pendidikan dasar hingga perguruan tinggi berdiri dengan baik. Pesantren Uluwiyah Mojosari adalah contoh pesantren di pedesaan dengan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terus terjadi.

Allah sesungguhnya memberikan beberapa instrument agar umat manusia memiliki prestasi di hadapan Allah. Puasa merupakan salah satu instrument yang diberikan Allah kepada manusia agar mendapatkan prestasi di hadapan Allah. Tetapi sayangnya bahwa sangat sedikit orang yang bisa melakukannya. Puasa tentu dijalani sebagai kewajiban saja dan bukan merupakan tuntutan yang harus ditunaikannya.

Sebagian besar manusia yang menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupannya masih berada di dalam melakukan ajaran agama secara minimalis. Nyaris tidak terdapat hal-hal yang spektakuler di dalam ibadahnya. Standar saja. Kita telah melakukan shalat dengan kadar kemampuan sebagaimana yang  kita lakukan. Kita telah berpuasa dengan standar yang relevan dengan kemampuan. Kita juga sudah membaca Alqur’an sesuai dengan standar. Islam kita masih minimalis. Kita sadar benar bahwa keislaman kita masih tergolong Islam bagi orang awam.

Namun demikian, setidak-tidaknya kita sudah memiliki basis iman yang membebaskan kita dari kesyirikan. Tidak ada sedikitpun pikiran untuk menyatakan bahwa Allah itu bukan Dzat Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat Maha Tunggal tidak memiliki saingan apapun dan siapapun. Allah merupakan Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara Alam, Dzat Yang Maha menjalankan alam sesuai dengan garis edarnya. Inilah modal kita yang paling mendasar di dalam kehidupan.

Dari kekuatan untuk mengesakan Allah itu juga sudah membangun di dalam diri kita untuk menjalankan ajaran-ajarannya meskipun dalam kategori minimalis. Kita sudah melakukan shalat sebagai tiang agama. Yang kita harapkan tentu amalan shalat itu diterima Allah dengan berbagai kekurangannya. Harus diakui tingkat kekhusyu’an juga belum optimal tetapi kita sudah berusaha untuk melakukannya. Plus minus ibadah shalat sudah kita lakukan.

Pada bulan ini kita melakukan puasa dengan niat yang insyaallah benar, hanya digunakan untuk mengabdi kepada Allah semata. Meskipun tidak banyak akan tetapi amalan-amalan tambahan yang berbentuk sunnah juga sudah kita lakukan. Yang kita harapkan adalah semoga semua amalan ini dapat menjadi prestasi dalam kehidupan kita di mata Allah meskipun sedikit.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..