SETAN DIBELENGGU: SIMBOL KEKUATAN PUASA
SETAN DIBELENGGU: SIMBOL KEKUATAN PUASA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Nyaris semua da’i yang menyampaikan kuliah tujuh menit atau kultum pada saat Ramadlan dipastikan menyampaikan satu hal mendasar di dalam aktivitas puasa, yaitu setan dibelenggu pada bulan Ramadlan. Pada bulan Ramadlan, Allah SWT tidak memberikan peluang bagi setan untuk beraktivitas melakukan gangguan atas keimanan dan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam.
Setan selama ini dikenal sebagai kekuatan jahad yang bisa mempengaruhi manusia untuk melakukan kejahatan demi kejahatan yang dapat menyengsarakan manusia di bumi dan juga menyengsarakannya kelak di akherat. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW menyatakan: “Pada malam pertama Bulan Ramadlan, setan-setan dibelenggu, yaitu setan-setan yang membangkang”.
Di dalam Alqur’an dijelaskan bahwa Setan sesungguhnya makhluk Allah yang memiliki ketaatan dan kemauan mengesakan Allah yang luar biasa. Ahli tauhid yang luar biasa. Sayangnya bahwa setan melakukan pembangkangan atas perintah Allah agar bersujud kepada Nabi Adam. Manusia ciptaan Allah dari saripati tanah. Setan merasa lebih unggul sebab diciptakan dari api murni. Api bagi setan lebih mulia dibanding tanah. Kesombongan inilah yang menyebabkannya dikutuk oleh Allah dan diberikan potensi untuk menggoda manusia agar melakukan kesalahan dan kejahatan. Di dalam Alqur’an dijelaskan korban pertamanya adalah Nabi Adam, di saat Allah melarangnya untuk mendekati buah khuldi dan Adam melakukannya, sehingga akhirnya diturunkan ke bumi dan menjadi cikal bakal manusia yang sekarang jumlahnya mencapai enam milyar manusia.
Setan kemudian menjadi lambang bagi makhluk Allah yang kemudian akan menjadi penghuni neraka. Oleh Allah, Setan diberi otoritas untuk menggoda manusia agar tergelincir ke dalam jurang kesesatan. Dan konsekuensinya adalah neraka. Sudah ada banyak contoh dalam sejarah umat manusia, terutama para penguasa yang tergelincir ke dalam kesombongan sebagaimana setan, misalnya Raja Fir’aun atau Ramses II semasa dengan Nabi Musa, Raja Namrud semasa Nabi Ibrahim, Raja Nebukadnezar, Tokoh kapitalis Qarun dan banyak lainnya. Semuanya tergelincir karena kesombongan sebagaimana kesombongan setan di masa lalu.
Setan memang memiliki otoritas untuk menggoda manusia. Kekuasaan itu dikabulkan atas permintaannya sewaktu dikutuk oleh Allah SWT. Itulah sebabnya banyak orang yang tergoda untuk melakukan tindakan yang bahkan menyekutukan dan ingkar atas kebenaran Allah SWT. Setan akhirnya menjadi tertuduh. Setiap ada apa saja yang terkait dengan kesalahan dan kesombongan maka hal tersebut dinyatakan sebagai pengaruh setan.
Dewasa ini, ada banyak orang yang melakukan tindakan menyimpang, misalnya melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Banyak pejabat, pengusaha bahkan anggota legislative dan yudikatif yang melakukan Tindakan korupsi. Jumlahnya pun jumbo. Ada yang mencapai angka Rp320 Trilyun, ada yang Rp198 Trilyun dan lainnya. Sebuah angka yang sangat besar dalam kadar melakukan tindakan korupsi. Semua ini juga dapat dikaitkan dengan godaan setan.
Manusia sesungguhnya punya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan biologis, kebutuhan social dan kebutuhan integrative. Yang paling banyak menjadi masalah terkait dengan kebutuhan biologis. Pemenuhan atas kebutuhan kekayaan terkadang bisa menyebabkan seseorang melupakan hakikat kemanusiaannya. Kebutuhan kebinatangan itulah yang menjadi salah satu factor mengapa manusia melakukan tindakan melawan kemanusiaan, seperti korupsi yang mencapai angka trilyunan rupiah.
Setan merupakan symbol kejelekan sebagaimana malaikat sebagai symbol kebaikan. Kasy syaithan dan kal malaikat. Di dalam dunia keyakinan nyaris semua agama, memiliki konsepsi tentang keburukan dari kekuatan jahat yang dilambangkan dengan setan, dan ada kekuatan baik yang dilambangkan dengan malaikat atau di dalam agama lain disebut sebagai kekuatan darma. Agama-agama Semitis menyebutnya sebagai malaikat. Sedangkan di dalam agama Hindu disebut sebagai darma.
Dengan demikian, sesungguhnya setan adalah lambang kejelekan atau kejahatan. Setan adalah simbolisasi atas prilaku manusia yang berupa tindakan kejelekan dan kejahatan. Manusia memiliki potensi dalam lambang setan, karena manusia dilengkapi dengan syahwat yang dapat membawa nafsu kepada syahwat kebinatangan dimaksud. Jika nafsu merupakan dimensi kemanusiaan yang netral, maka syahwat yang mengajak kepada nafsu kebinatangan, dan sementara itu kekuatan darma atau malaikat mengajaknya kepada kebaikan. Sepanjang kehidupan manusia selalu ada pertempuran di antara dua kekuatan kiri dan kanan, setan dan malaikat, yang sesungguhnya merupakan pertarungan di dalam diri manusia.
Setan diborgol, setan dikerangkeng atau setan dibelenggu. Ungkapan-ungkapan ini merupakan ungkapan simbolik, bahwa setan sedang dibelenggu, karena umat Islam sedang melakukan puasa yang bermakna sebagai upaya untuk mengamalkan ajaran Islam yang langsung berkaitan dengan Allah SWT. “Ibadah puasa itu untuk-Ku”, firman Allah, dan “Aku akan membalas dengan kebaikan-Ku”. Dengan demikian, orang yang sedang berpuasa sedang mendapatkan kebaikan Allah sehingga manusia tidak kal hayawan akan tetapi kal malaikat.
Setan itu lambang prilaku kejelekan atau kejahatan. Puasa merupakan perisai yang dapat menghancurkan prilaku kejelekan atau kejahatan. Jika ada sebuah kejahatan di sekeliling manusia, maka diajarkan agar menyatakan di dalam diri “saya sedang berpuasa”. Jadi di kala setan dibelenggu, dikerangkeng atau diborgol artinya bahwa Allah memberikan instrument untuk memborgol, membelenggu atau mengerangkeng dan itu semua melalui instrument puasa.
Wallahu a’lam bi al shawab.