• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PAHALA BAU MULUT PUASA: AKTUAL ATAU SIMBOLIK?

PAHALA BAU MULUT PUASA: AKTUAL ATAU SIMBOLIK?

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Banyak da’i di dalam acara kuliah tujuh menit atau kultum yang menyatakan bahwa bau mulut seorang mukmin yang berpuasa itu memiliki pahala yang sangat besar dan bau mulut tersebut melebihi bau minyak misiq. Minyak wangi misiq adalah sejenis minyak wangi yang memiliki wewangian khusus khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan jika mulut seseorang yang melakukan puasa itu kelak akan menjadi bagian dari penyegaran ruang dengan bau wangi yang luar biasa. Surga itu diibaratkan atau diimaginasikan dengan tempat yang luar biasa bersih, sedemikian indahnya dan terutama baunya yang khas bau wewangian yang khas surgawi.

Ajaran ini diangkat dari Sabda Nabi Muhammad SAW, untuk menggambarkan kenikmatan yang nanti akan dipetik di akherat sebagai ganjaran atas seseorang yang melakukan puasa. Sedemikian hebatnya pahala tersebut maka digambarkan bahwa orang yang berpuasa dan bau mulutnya tersebut berbau yang tidak sedap dalam ukuran keduniawian, maka justru nanti akan diganti bau tidak enak tersebut dengan bau minyak misiq.

Hadis tersebut adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, yang artinya adalah: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada  bau minyak misiq (minyak kasturi). Dengan demikian hadis ini termasuk hadis yang memiliki status dan kedudukan hadis yang shahih sebab diriwayatkan oleh dua orang ahli hadis, Imam Bukhori dan Imam Muslim. Hadis yang tidak diragukan kesahihannya.

Di dalam Islam tentu terdapat berita yang menggembirakan dan berita yang mengingatkan. Basyiran atau nadziran. Hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim ini termasuk ajaran Islam yang memberikan kegembiraan bagi para pelakunya, yaitu umat Islam yang melakukan puasa Ramadlan. Tidak mudah seseorang yang beriman sekalipun untuk melaksanakan puasa. Ajaran puasa itu melarang seseorang yang beriman kepada Allah SWT untuk makan, minum dan melakukan relasi seksual di siang hari, mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Bukan hal yang gampang. Apalagi di Timur Tengah dengan  hawa padang pasir yang  panas menyengat. Sebagai dekonstruksi atas pola makan, maka tentu sangat susah bagi orang yang tidak terbiasa melakukannya. Orang yang biasa makan di siang hari dan harus diganti dengan makan di malam hari. Sungguh susah.

Oleh karena itu Allah SWT memberikan kabar gembira dengan menyatakan ajarannya melalui Nabi Muhammad SAW bahwa bagi orang yang berpuasa dan bau mulutnya tidak enak itu akan mendapatkan pahala yang besar berupa ampunan Allah SWT dan juga bau mulut yang wangi melebihi wanginya minyak kasturi. Dengan demikian, harus dipahami bahwa hadis ini memang memberikan kegembiraan bagi orang yang berpuasa, bahwa bau mulut dan nafasnya yang tidak enak itu jangan diresahkannya akan tetapi digembirakannya dengan bau dan nafas yang kelak di akherat seperti bahkan lebih wangi dari minyak misiq tersebut.

Orang yang berpuasa itu menggambarkan akan ketaatan kepada ajaran Allah SWT sebagaimana sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Puasa adalah ajaran yang wajib dilakukan oleh umat Islam, sebagaimana kewajiban menjalankan shalat dan zakat serta haji bagi yang memiliki kemampuan. Sebagaimana diajarkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa iman adalah mempercayai keberadaan Allah, mempercayai keberadaan Malaikat Allah, meyakini keberadaan Kitab Suci, mengakui Nabi atau Rasul Allah, mempercayai atas takdir baik dan buruk dan meyakini akan adanya hari akhir. Islam memperkenalkan ada enam rukun Iman yang wajib dipercayai. Lalu Islam adalah menyaksikan akan keberadaan Allah dan Muhammad sebagai utusannya, menjalankan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa dan menjalankan ibadah haji bagi memiliki kemampuan. Makanya dirumuskan lima rukun Islam yang wajib dilakukan.

Orang yang berpuasa tentu telah melampaui keyakinan atas rukun Iman dan juga sudah melakukan rukun Islam. Oleh karena itu Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada yang melakukannya. Bahkan digambarkan orang yang mulutnya berbau tidak enak itu akan lebih wangi di hadapan Allah SWT. Bukanlah bau mulut yang disengaja, tetapi bau mulut yang alami karena menjalankan perintah Allah dimaksud.

Dengan demikian, bau mulut adalah lambang kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Ungkapan di dalam hadis ini adalah ungkapan simbolik yang memberikan gambaran bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapatkan pahala yang sangat besar dan bau mulutnya itu digambarkan akan berbau lebih wangi dibandingkan minyak yang paling wangi di dunia, minyak kasturi.

Ajaran Islam itu untuk melakukan kebaikan yang kelak akan dapat diperoleh balasannya di alam akherat. Alam yang akan terjadi setelah alam dunia dan alam kubur. Tentu tidak mudah menjelaskan akan apa yang menjadi balasan atas orang yang mempercayainya dan melaksanakannya. Di dalam konteks seperti ini, maka pahala tersebut kemudian diprofankan atau diwujudkan dalam alam materi yang berupa bau yang wangi, bau yang menyegarkan, bau yang membuat orang merasa nyaman dan sebagainya.

Bau mulut bagi orang yang berpuasa adalah realitas atau kenyataan. Bau mulut bisa menjadikan orang merasakan ketidaknyamanan, bau mulut menjadikan relasi social bisa terhambat. Oleh karena itu Allah memberikan tabsyir atau kegembiraan bahwa bau mulut orang yang berpuasa memiliki nilai kewangian yang luar biasa melebihi wanginya minyak misiq.

Nabi Muhammad SAW harus menjelaskan  ajaran Islam yang kurang mengenakkan dengan lambang-lambang natural yang bisa diterima. Bau mulut dan nafas yang tidak enak dapat diganti dengan bau wangi. Realitas empiris dengan realitas empiris. Dan inilah ajaran keseimbangan di dalam Islam. Allah memberikan kabar gembira karena seorang muslim telah menjalankan ajaran Allah dengan benar.

Jadi, andaikan terdapat bau mulut dan nafas yang kurang sedap karena puasa, janganlah kita sedih dan meradang, sebab secara simbolik sekarang dan kenyataan di masa yang akan datang, the day after, merupakan bagian dari kekuasaan Allah yang tidak terhingga. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Dzat Yang Tidak Terhingga, Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..