• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAHASISWA DAN KOMPETISI BANGSA

 Sabtu,  07/08/2010 merupakan hari pertama bagi mahasiswa baru IAIN Sunan Ampel untuk menjadi keluarga basar civitas akademika IAIN Sunan Ampel. Sebagai mahasiswa baru, maka mereka wajib mengikuti Orientasi Studi dan Cinta Almamater (OSCAR) yang digelar secara serentak di semua fakultas. Seperti biasanya, kegiatan ini memang bernuansa orientasi studi yang memiliki ciri khas kemahasiswaan. Misalnya, pakaian mereka yang khas selama mengikuti masa orientasi studi.

Orientasi studi, sesungguhnya memiliki dua kepentingan sekaligus. Yaitu sebagai forum pengenalan terhadap institusi pendidikan tinggi, fakultas dan program studi beserta seluruh pernak-pernik pembelajaran khas pendidikan tinggi. Selain itu juga pengenalan terhadap organisasi kemahasiswaan dengan segenap hal ikhwal yang terkait dengannya.

Pertanyaannya, mengapa harus ada masa orientasi studi, apakah tidak cukup dengan langsung memasuki studi. Di sini terdapat  dua alasan. Pertama,  menjadi mahasiswa baru merupakan masa  peralihan dari masa remaja dengan sistem pembelajaran khas pendidikan menengah, di mana penguasaan unsur kognisi jauh lebih kuat. Masa remaja di SLTA merupakan masa di mana program pembelajarannya belum mandiri. 

Kedua, alasan tradisi. Masa orientasi studi adalah tradisi yang melazimi seluruh dunia pendidikan tinggi. Bahkan sekarang juga dilakukan oleh pendidikan menengah. Di dalam tradisi ini,  maka banyak unsur yang terlibat, misalnya mahasiswa senior, para pembimbing, pendamping dan seluruh komponen kepanitiaannya. Di sini berlaku hukum senior dan yunior. Mahasiswa lama dan mahasiswa baru. Pembimbing dan yang dibimbing. Mahasiswa baru dianggap sebagai bagian dari orang baru yang harus melakukan sesuatu sesuai dengan ritual masa orientasi studi.

Masa orientasi studi sudah terjadi dalam rentangan sejarah kemahasiswaan yang sangat panjang. Bahkan dulu,  masa orientasi studi tersebut sarat dengan kekerasan. Bayangkan mahasiswa baru harus membawa kodok, jengkerik, bekicot dan lainnya. Jika mahasiswa baru melakukan kesalahan, misalnya terlambat,  maka tidak jarang mereka  dihukum dengan hukuman pisik.  Push up, lari, jalan jongkok, jalan dengan satu kaki, dan sebagainya.

Bahkan tidak jarang panitia masa orientasi studi mahasiswa baru memperoleh teguran dari pimpinan perguruan tinggi. Sebab memang banyak keluhan orang tua mahasiswa mengenai tindakan kekerasan dalam acara ini. Makanya tidak jarang pimpinan perguruan tinggi memberikan panduan secara tegas tentang pelaksanaan orientasi studi.

Acara ritual tahunan ini sesungguhnya harus menjadi medan untuk memperkenalkan dunia pendidikan tinggi yang semakin kompetitif. Oscar bagi kita memiliki makna yang sangat mendalam yaitu memahami tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa. Banyak yang hanya menganggap Oscar hanyalah ritual tahunan yang perlu dilaksanakan akan tetapi makna terdalamnya menjadi tererosi.

Bagi kita yang sangat mendasar dari Oscar  adalah sebagai  medium untuk mengingatkan mahasiswa baru bahwa tugas dan kewajiban utama dating ke perguruan tinggi adalah untuk mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang studinya. Tidak ada kata tidak di dalam proses mengikuti pendidikan  tersebut.

Bukankah masa depan kita adalah milik kita. Jika tidak dipersiapkan sedari sekarang, kita menjadi khawatir bahwa kita akan terlambat. Makanya, semua harus memiliki kesadaran bahwa di tengah dunia kompetisi yang sangat ketat seperti sekarang, maka harus ada pemihakan lembaga dan juga subyek di dalam lembaga tersebut untuk terus memperbaiki kualitas, sehingga kita akan memiliki keunggulan kompetitif dan bukan hanya keunggulan komperatif.

Mahasiswa yang unggul tentu ditandai dengan kemampuan menguasai bidang kajiannya masing-masing dan kemudian juga memiliki kelebihan lain yang relevan dengan kebutuhan kehidupan dunia masyarakat dan kerjanya. Jika kita bisa menguasai bidang kajian yang kita pelajari, dan kemampuan tersebut memiliki keunggulan kompetitif, maka berarti kita telah menyumbangkan indeks kompetisi bangsa.

Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki kesadaran untuk berkompetisi di tengah kehidupan yang semakin keras ini. Jika tidak memiliki kesadaran tersebut, maka mereka akan tertinggal. Tentu tidak ada di antara kita yang sependapat bahwa tertinggal merupakan peristiwa lumrah. Semua harus berpacu dengan waktu.

Maka, siapa yang bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu –empat tahun—adalah mereka yang berhasil mengamalkan ayat al-Qur’an,  surat al asyr: “wa al-asyri,  inna al-insana lafi khusrin”. Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Jika untuk menjadi S1 membutuhkan waktu empat tahun, dan kemudian kita tidak menyelesaikannya dalam rentanganwaktu tersebut, maka kita termasuk manusia yang merugi.

Oleh karena itu, Oscar bisa menjadi  instrumen pengingat bagi kita semua untuk menyadari tugas dan kewajiban yang diamahkan oleh orang tua kita untuk belajar dan agar dimanfaatkan kesempatan belajar tersebut secara maksimal.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini