Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEPAK BOLA SEBAGAI POP CULTURE (2)

SEPAK BOLA SEBAGAI POP CULTURE (2)
Budaya pop saya terjemahkan sebagai sebuah budaya yang bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, baik kaum the have atau bukan. Budaya pop bercorak massive dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Sepak bola saya kira sudah menjadi bagian dari budaya pop tersebut, karena massivitas penikmatnya dan juga jangkauannya yang memasuki hampir seluruh masyarakat di dunia.
Di kalangan anak-anak muda, siapa yang tidak kenal dengan tim Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Juventus, AC. Milan, Inter Milan, Liverpool, Manchester United, Manchester City, Bayern Muenchen, Dortmund, Paris Stain Germaine, Monaco, PSV Eindhoven, dan sebagainya. Jika ada anak muda yang tidak mengenalnya, maka dianggapnya kurang pergaulan (kuper). Jadi menjadi penggila bola sudah menjadi life style di kalangan anak-anak muda di dunia.
Dalam jajaran pemain bola, siapa yang tidak kenal dengan Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Gareth Bale, Karim Benzema, Anthony Griezman, Andreas Iniesta, Paul Pogba, Mohammad Salah, dan sebagainya. Nama-nama ini sangat dikenal di kalangan anak-anak muda. Bahkan ada orang tua yang menamakan anaknya dengan nama-nama terkenal pemain sepak bola. Zamannya David Beckham merajai dunia sepakbola, maka ada anak orang desa yang dinamai David. Dan tidak hanya nama pemain sepakbola yang diambilnya, tetapi juga nama-nama pemain sinetron. Saya sering menyatakan di dalam acara walimatul hamli dengan menyindir orang tua, agar jangan memberi nama anaknya dengan nama pemain terkenal dari Liberia, George Weah, sebagai nama anaknya. Agak sulit nanti memanggilnya.
Sepakbola tidak hanya menghadirkan sportainment, akan tetapi juga menjadi ranah kapitalisme baru. Jual beli pemain dengan harga trilyunan rupiah adalah contoh bagaimana sepak bola telah menjadi ajang kapitalisme baru tersebut. Sepak bola bukan hanya sekedar permainan atau pertandingan, tetapi juga menghadirkan “perjudian” dengan berbagai variasinya. Tidak hanya tebak berapa score yang dihasilkan tetapi lebih canggih dari hal tersebut.
Sepak bola itu seperti sihir yang dahsyat. Coba lihat dalam pertandingan yang disebut sebagai big match, misalnya antara Liverpool dengan MU atau Arsenal versus Manchester City, maka penontonnya akan membludak luar biasa. Tidak hanya lelaki tetapi juga perempuan, bahkan ada yang mengajak anak-anak untuk nonton bola itu. Tanpa disadari bahwa mereka sudah mewariskan kecintaan terhadap sepak bola. Ada proses enculturation di kalangan mereka. Tidak salah jika ada sebuah keluarga yang menjadi fans suatu tim sepak bola, mulai dari bapak, ibu sampai anak-anaknya dan hal itu turun temurun.
Jika Barcelona kontra Real Madrid atau Real Madrid versus Atletico Madrid atau PSG versus Monaco atau AC. Milan versus Inter Milan, maka dapat dipastikan penontonnya meluber luar biasa. Mereka adalah fans setia dan penonton yang menggilai sepak bola luar biasa. Tidak jarang mereka menjadi menangis ketika tim kesayangannya kalah dengan menyakitkan. Mereka juga merasa sangat bahagia ketika tim kesayangannya menang atau menjadi juara. Arak-arakan terhadap pememang Piala Champions tentu memberikan gambaran betapa sepakbola telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di negara-nagara maju.
Tidak hanya di lapangan, di televisi juga tidak kalah serunya. Banyak hotel yang menayangkan nonton bareng jika terdapat pertandingan big match tersebut. Di caffe atau warung kopi juga menyelenggarakan acara nobar. Tujuannya jelas yaitu ingin memanjakan terhadap para pelanggannya agar betah dan merasa nyaman dan senang dengan pelayanan komplit seperti itu. Selama penyelenggaraan acara Piala Dunia maka dipastikan bahwa banyak hotel yang menyelenggarakan nobar sebagai menu utama di dalamnya.
Harga pemain terkenal, seperti C. Ronaldo, Lionel Messi, Neymar JR, Louis Suarez, sampai Patrick Aubameyang menjadi luar biasa. Ketika Neymar dibeli oleh PSG dari Barcelona, maka harganya menjadi trilyunan rupiah, demikian pula pemain lainnya. Sungguh sepak bola telah menghasilkan uang dan kehormatan yang luar biasa. Dengan kehadiran Mohammad Salah di Liverpool dan menyebabkan klubnya memasuki babak final Piala Champions, maka Club Liverpool seperti memperoleh kehormatan yang luar biasa. Kala Mo Salah ditekel oleh Ramos dalam perebutan juara Piala Champions, maka banyak fans-nya yang meradang. Banyak yang mencela dan mencaci maki Real Madrid, sebab dianggap telah merusak fair play, meskipun akhirnya Real Madrid menjadi juara tiga kali beruntun dalam Piala Champion.
Sepakbola telah menjadi agama baru. Bagi penggila bola, maka nonton bola adalah ritual. Setelah penat selama sepekan bekerja, maka akhir pekan dihiasi kehidupannya itu dengan ritual nonton bola. Lelaki perempuan tumplek bleg di lapangan hijau untuk menyaksikan tim kesayangannya. Bahkan mereka adalah para pelanggan. Mereka telah berlangganan karcis nonton bola selama setahun. Artinya, setiap akhir pekan acaranya ialah nonton bola. Bahkan ada lelucon bagi penggila bola, bahwa isteri keduanya ialah bola. Di Inggris, tempat ibadah menjadi sepi tetapi lapangan bola menjadi tempat yang baru untuk melakukan ritual. Kebahagiaannya bukan karena memuja atau memuji Tuhan tetapi ketika pemain idolanya mencetak goal. Mereka bisa histeris karena gol yang diciptakannya. Perbincangan di awal pekan ialah tentang sepak bola. Bukannya berbicara tentang keluarga atau anak atau bahkan suami isteri tetapi bola atau bahkan pekerjaan. Jadi bola telah menjadi life style di kalangan peminat dan penggila bola.
Hidup menjadi hampa tanpa bola. Dan jika sudah seperti ini, maka tujuan hidup ialah bagaimana agar bisa menonton bola sekali sepekan atau dua kali dalam sepekan. Inilah makna kehidupan bagi mereka yang dikategorikan sebagai penggila bola.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..