TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (4)
TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (4)
Kampung Melayu Jakarta, 24 Mei 2017, yang selama ini damai lalu tiba-tiba menjadi sorotan mata masyarakat Indonesia dan bahkan dunia, sebab terjadi bom bunuh diri yang dilakukan oleh orang Indonesia. Warga kita sendiri, Ahmad Sukri dan Ichwan Nurul Salam. Dua ledakan bom panci, itu mengkoyak yang membawanya dan juga beberapa yang terluka dan ada juga yang meninggal dunia. Peristiwa ini berbarengan dengan terorisme di Manchester Inggris dan berdekatan waktunya dengan pemberontakan di Marawi Filipina.
Teror melalui bom bunuh diri tentu bukan barang baru di negeri ini. Sudah banyak kejadian bom bunuh diri, baik yang terjadi atau yang bisa digagalkan oleh aparat. Semua mengindikasikan bahwa gerakan terorisme memang tetap menjadi ancaman bagi negeri ini, kapan dan di manapun. Lalu muncullah sejumlah analisis tentang siapa dibalik bom bunuh diri ini. Terlepas ada atau tidak ada yang menyatakan bertanggung jawab, akan tetapi jelaslah bahwa ancaman terror bukanlah sekedar gertakan mulut belaka, akan tetapi tetap menjadi kenyataan yang realistis.
Namun demikian, di beberapa WA yang sempat saya baca, bahwa ada sejumlah kecil masyarakat yang meragukan bahwa bom bunuh diri ini dilakukan oleh kelompok ekstrimis di Indonesia. Alasannya adalah jika bom bunuh diri itu dilakukan oleh kelompok ekstrimis pastilah setelah bom meledak lalu ada yang menyatakan bertanggungjawab. Misalnya dalam kasus terror di Manchester Inggris, maka kelompok ISIS lalu mengklaim bahwa mereka dibalik terror tersebut. Lalu alasan lain bahwa bom bunuh diri itu dilakukan bukan di tempat keramaian, akan tetapi di tempat yang relative bukan terjadi kerumunan massa. Walhasil kelompok ini menyatakan bahwa bom bunuh diri itu adalah rekayasa.
Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan Pak Saud Usman mantan Kepala BNPT dan mantan Kapolda Sumsel, yang bertepatan Beliau datang ke Kantor untuk urusan penegerian Sekolah Tinggi Agama Islam Madinah Medan, lalu tentu secara sengaja saya tanyakan tentang berbagai terror yang terjadi akhir-akhir ini, maka beliau dengan tegas menyatakan bahwa gerakan terror memang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kaum ekstrimis untuk mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
Orang yang pernah lama bertugas di Timor Timur dan Poso ini dengan tegas menyatakan bahwa terorisme itu memang benar-benar akan menghancurkan Indonesia dan menggantinya dengan system pemerintahan baru, khilafah. Jika ada orang yang meragukannya, maka itu sebuah kesalahan besar. “saya ini pelaku yang berhadapan langsung dengan kaum teroris itu”.
Ada juga yang menyatakan bahwa terorisme itu merupakan rekayasa, kelompok agama lain dan seterusnya. Tetapi itu hal yang salah. Beliau menyataan: “Sama sekali tidak ada rekayasa dari manapun dan dari siapapun juga. Saya beragama Islam dan saya pelaku yang melakukan tindakan anti terror dan saya mengepalai Densus 88 Anti Teror. Mereka ini bekerja untuk bangsa dan negara dan bukan perekayasa terhadap terror demi terror di Indonesia.”
Di Indonesia memang banyak tersebar informasi yang menyesatkan dengan menjadikan aparat pemerintah sebagai musuh Islam. Informasi melalui medsos ini lalu dianggap sebagai kebenaran. Padahal sesungguhnya merupakan informasi yang menghasut, penuh dengan ketidakbenaran dan menyesatkan. Salah satu di antaranya ialah pernyataan Ustadz Hasyim Yahya. Ustadz Hasyim Yahya, sebagaimana ceramahnya di Mujahidin TV yang menyebar di medsos, menyatakan bahwa Densus 88 dan BNPT adalah musuh Islam. Berita-berita seperti ini yang selama ini dijadikan sebagai sumber pembenaran terhadap tindakan melakukan terror dan perlawanan terhadap masyarakat.
Ada sebagian kecil orang Indonesia yang kemudian mempercayai terhadap informasi seperti ini. Dianggapnya bahwa ceramah ini adalah ceramah agama dan penuh dengan semangat keagamaan. Dijadikan sebagai rujukan dan dijadikan sebagai pedoman untuk beragama. Padahal sebagaimana yang diketahui oleh khalayak umat Islam lainnya justru merupakan cara untuk merusak bangsa Indonesia.
Bagi kalangan ekstrimis yang memiliki agenda politik kenegaraan, maka di antara tujuan utamanya ialah mendirikan negara Islam. Dianggapnya bahwa negara Indonesia sekarang ini merupakan negara yang tidak menjadikan Islam sebagai dasarnya dan mengingkari terhadap hukum agama Islam. Hanya saja yang dilakukannya justru akan merusak misi Islam yang sarat dengan kedamaian. Bukan cara terror yang dilakukan oleh kaum ekstrimis. Mereka memanfaatkan medsos untuk menyebarkan keinginannya dan ternyata memiliki sejumlah pengaruh terhadap sebagian kecil umat Islam.
Oleh karena itu diperlukan kontra pandangan terhadap hal-hal semacam ini tentu dengan bahasa dan cara yang penuh dengan misi kemanusiaan. Umat Islam wasathiyah tentu harus melawan terhadap ajakan-ajakan provokatif untuk membenturkan umat Islam dengan pemerintah, dengan sesama umat Islam dan pemeluk agama lain. Harus ada upaya cerdas untuk menangkal hal ini agar kehidupan masyarakat Indonesia yang damai akan terus berlangsung.
Wallahu a’lam bi al shawab.
