• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TUJUH BELAS AGUSTUS 2016 (3)

TUJUH BELAS AGUSTUS 2016 (3)
Kita sekarang hidup di tengah dunia tanpa batas atau disebut globalisasi. Dan saya kira tidak ada satu masyarakatpun yang bisa menahan laju globalisasi tersebut di tengah kehidupan yang makin kompleks ini. Makanya, semua hal yang terkait dengan lokalitas, ideology dan bahkan keyakinan tentang agama juga bisa terpengaruh oleh pengaruh globalisasi ini.
Di dalam konteks negara-bangsa, maka tantangan terbesarnya adalah bagaimana masyarakat ini akan bisa terus mempertahankan ideology kebangsaannya terkait dengan serbuan informasi yang luar biasa tekanannya. Jika selama ini masyarakat masih bisa bertahan dengan ideology kebangsaannya, karena factor pengalaman, lalu pertanyaannya, apakah generasi muda kita masih bisa mempertahankan ideology kebangsaannya di tengah badai ideology dunia yang terus bergerak mempengaruhinya.
Melalui upacara Tujuh Belasan, sesungguhnya dikandung maksud untuk menularkan atau transfromasi nilai kebangsaan itu bagi generasi pelanjut bangsa. Kirab budaya yang diselenggarakan oleh Panitia Nasional Peringatan Hari Kemerdekaan ke 71 tentu dapat dimaknai sebagai bagian dari upaya untuk menularkan nilai perjuangan bangsa di masa lalu dan menyambungkannya dengan kenyataan sekarang.
Di tengah momentum peringatan Kemerdekaan ini, tentu ada peristiwa yang sangat heroic yaitu peristiwa kemenangan atlit Bulutangkis yang memenangkan medali emas di Olimpiade Rio De Jeneiro di Brazil. Mereka adalah pasangan ganda campuran Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Mereka berdua mengalahkan pasangan Ganda Campuran Malaysia, Chan Pen Soon dan Goh Liu Ying dalam dua set langsung dengan skore 21-14 dan 21-12. Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir selalu memenangkan pertandingan dalam dua set langsung selama berlaga di Olimpiade di Brazil ini.
Kemenangan yang didapat oleh pasangan Ganda Campuran Indonesia, Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir ini tentu melambungkan posisi Indonesia ke urutan 39 dunia, sebab sebelumnya atlet angkat besi, juga memenangkan medali perak yang juga dipersembahkan kepada Indonesia dari arena olimpiade dimaksud.
Seringkali peristiwa olahraga bisa menjadi penyemangat nasionalisme. Coba perhatikan misalnya munculnya lagu “Garuda di Dadaku” yang sering dinyanyikan di dalam arena olahraga tentu menjadi bukti bahwa merajut kebangsaan dan nasionalisme dapat ditumbuhkembangkan melalui peristiwa olahraga. Saya tentu masih teringat kala anak-anak kesebelasan sepakbola “Garuda Muda” menjuarai event internasional, maka rasa nasionalisme itu juga muncul . Jadi sebenarnya even untuk membangkitkan nasionalisme itu bisa berangkat dari mana saja.
Setelah mereka memenangkan pertandingan itu, maka Tantowi Ahmad lalu bersujud, sementara itu Liliana Natsir berteriak sebagai ekspressi kegembiraannya. Sungguh sebuah peristiwa heroic kala mereka meneriakkan nama Indonesia sebagai ekspressi kegembiraannya. Suatu peristiwa yang bisa membawa nuansa kebangsaan yang sangat mendalam.
Di dalam sessi wawancara dengan media televise, Liliyana dan Tantowi menyatakan bahwa kemenangannya itu dipersembahkan untuk memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 71. Mereka menyatakan bahwa kemenangan yang diperolehnya merupakan hadiah yang diperuntukkan bagi bangsa Indonesia yang sedang memperingati kemerdekaan.
Peristiwa heroic adalah kala sang Saka Merah Putih dikibarkan di Arena Olimpiade di Rio de Jeneiro. Mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan segenap jiwanya. Sungguh yang demikian ini adalah rasa kebangsaan yang sangat tinggi. Moment indah bagi keindonesiaan kita.
Menjadi Indonesia adalah hal yang penting bagi seluruh warga Negara Indonesia. Menjadi Indonesia artinya kita meyakini bahwa tidak ada bangsa lain yang lebih dicintai dibandingkan dengan kecintaannya kepada Indonesia. Menjadi Indonesia artinya bahwa seluruh perilaku dan tindakannya hanya diperuntukkan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Menjadi Indonesia artinya bahwa right or wrong is my country hanya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam konteks ini, maka consensus bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebinekaan merupakan pilar kebangsaan yang harus dijunjung tinggi kapan dan di manapun di dunia ini. Jika ada warga Indonesia yang kontra dalam pikiran dan tindakannya terhadap consensus bangsa ini, maka sesungguhnya yang bersangkutan sudah bukan lagi bagian dari Keindonesiaan.
Nasionalisme dan kebangsaan tentu harus terus diupayakan untuk ditumbuhkembangkan di tengah gelegak arus trans-ideology yang terus menghantui bangsa manapun di dunia ini. Jadi kita mesti terus berusaha untuk eksis dengan consensus kebangsaan kita itu.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..