• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DERADIKALISASI (2)

DERADIKALISASI (2)
Kelompok pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tentu sudah merupakan kenyataan social. Berbagai gerakan yang dilakukan melalui jejaring media social, terror dan bom bunuh diri tentu mengindikasikan bahwa penganut ISIS sudah eksis di negeri ini.
Hadirnya kelompok ini tentu merupakan jawaban terhadap keraguan kita selama ini bahwa gerakan ISIS itu dianggap hanya rekayasa inteligen, wacana yang diciptakan untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi ke politis dan sebagainya. Jadi bukan lagi issu atau berita bohong atau isapan jempol belaka, akan tetapi sungguh sudah nyata adanya.
Pengeboman yang terjadi di Kompleks pertokoan Sarinah dan juga di Mapolresta Solo juga memberikan gambaran tentang ISIS sebagai kekuatan eksternal yang semakin menancapkan kukunya di tengah euphoria demokrasi yang kita lakukan. Kita memang mendapatkan apresiasi mengenai gerakan demokratisasi yang makin bagus dan bisa menjadi contoh, akan tetapi juga melahirkan beberapa elemen tandingan yang jika tidak diperhatikan dengan seksama akan bisa menjadi duri dalam daging.
Indonesia memang tempat bertemunya berbagai isme besar dunia. Kapitalisme tentu sudah menjadi bagian dari system ekonomi yang kita gunakan meskipun ada beberapa modifikasi, misalnya dengan skema bantuan social di dalam pendidikan, ekonomi dan social dan selain juga gerakan koperasi yang makin baik serta gerakan ekonomi syariah yang juga memperoleh dukungan kuat dari pemerintah. Misalnya dengan deklarasi GRES atau Gerakan Ekonomi Syariah.
Di sisi lain juga tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan radikalisme agama juga memperoleh tempat untuk berkembang. Tidak didukung tetapi juga tidak dilarang. Akhirnya dibiarkan melaju dengan kekuatan mereka sendiri. Hanya saja bahwa gerakan ini memiliki kemampuan strategic yang amat baik. Mereka kuasai anak-anak muda kampus lewat kegiatan Usrah atau kegiatan masjid kampus dan juga anak-anak setingkat pendidikan menengah (SMA/SMK).
Mereka didoktrin untuk menjadi ideolog yang kuat dan kelak diharapka akan menggantikan posisi atau pos penting, misalnya guru, dosen, pimpinan perguruan tinggi, memasuki birokrasi dan parlemen dan yang terpenting juga mengubah haluan bangsa ke arah yang mereka inginkan. Jadi mereka sudah menata sedemikian rupa strategi ke depan tentang Indonesia.
Ada tiga jalur yang digunakan untuk menguasai Indonesia ke depan, yaitu jalur pendidikan yang sudah mulai kelihatan hasilnya, jalur parlemen yaitu dengan menguasai parlemen, sehingga penentuan kebijakan dan regulasi akan dapat diarahkan sesuai dengan tujuan mereka untuk memantapkan kekuasaannya dan jalur birokrasi yaitu dengan memasuki jabatan-jabatan penting di birokrasi. Mereka telah eksis di beberapa kementerian dengan usia 30-40 tahun. Secara kepangkatan memang masih rendah mungkin di eselon 4 atau jabatan fungsional umum. Akan tetapi mengingat usianya memang relative muda dan dengan kemampuan professional yang baik, maka peluang mereka untuk memasuki jenjang lebih tinggi dalam jabatan bukanlah hal yang mustahil.
Di dunia pendidikan tinggi penetrasi mereka juga makin dahsyat. Di Perguruan Tinggi Agama Islam, yang banyak mengalami transformasi ke IAIN atau UIN dengan peluang membuka program studi baru di bidang sains dan teknologi, maka peluang mereka untuk menjadi dosen sangat terbuka lebar. Apalagi rekruitmen PNS hanya mengandalkan sistem Computer Assisted Test (CAT), maka dengan mudah mereka bisa memasuki lahan birokrasi dan pendidikan tinggi, karena mereka memang dipersiapkan untuk kepentingan ini.
Melalui sistem ini memang terjamin siapa yang pintar akan masuk ke jenjang PNS, sebab sistem ini memang didesain agar penerimaan atau rekruitmen CPNS akan berjalan sesuai dengan koridor sistem rekruitmen yang teruji. Hanya saja bahwa metode ini tidak bisa menyaring secara lebih komprehensip tentang pikiran, mindset dan tindakannya terkait dengan pelestarian Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan.
Dengan demikian, keberanian untuk mendeklarasikan aksi mereka secara terbuka tentu mengandung maksud bahwa “kami ada, kami berani dan kami akan membela ideologi yang kami percayai”. Bagi kita ini bukan sekedar deklarasi, akan tetapi mengandung pesan bahwa kami ada dan kami siap untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan kami”.
Maka, segenap elemen bangsa ini harus tanggap dan hendaknya melakukan deteksi dini terhadap gerakan-gerakan yang berbeda secara diametrical dengan arah dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan yang damai, tenteram dan saling mengasihi.
Dengan demikian tugas kita ke depan adalah menciptakan harmoni dan kerukunan antar anak bangsa tanpa membedakan apa latar belakang suku dan etnisnya, serta agama apa yang dipeluknya. Saya kira di sinilah Kementerian Agama bisa menjadi penghubung dan fasilitator yang baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..