• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENELADANI NABI MUHAMMAD YANG ANTI KEKERASAN

Ketika terjadi kekerasan agama akhir-akhir ini, maka sesungguhnya ada pertanyaan yang mendalam, adakah ini dilakukan dengan sepenuh kesadaran yang bercorak internal ataukah sesungguhnya ada faktor eksternal yang melandasi tindakan tersebut.

Setiap tindakan manusia sesungguhnya ditentukan oleh dua factor penting, yaitu motif internal dan motif eksternal. Motif internal memang menjadi motif utama di dalam melakukan tindakan, akan tetapi dalam banyak hal justru motif eksternallah yang lebih dominan di dalam serangkaian tindakan manusia.

Di dalam tindakan kekerasan, sebenarnya juga terkait dengan factor tersebut. Misalnya orang melakukan kekerasan apakah hal itu dilakukan atas dorongan internal di dalam dirinya ataukah justru ditentukan oleh faktor eksternal di luar dirinya. Jika hal tersebut berasal dari faktor internal, apakah benar seseorang akan melakukan tindakan memusuhi atau menyerang manusia lainnya.

 Di dalam diri manusia sebenarnya terdapat mekanisme kontrol untuk menjadi dasar bagi seseorang di dalam melakukan tindakan. Mekanisme kontrol itu adalah “hati nurani”. Jika akal mungkin bisa mengarahkan kepada tindakan yang iya atau tidak. Melakukan atau tidak melakukan, hidup atau mati, maka “kata hati” justru yang berkata tentang hal-hal yang terkait dengan senang, sedih atau lainnya. Maka “kata hati” tidak akan pernah menyatakan akan merusak, menyerang, membunuh dan sebagainya. Ini merupakan sebuah ungkapan yang berasal dari “kata hati”.

Makanya,  ketika terjadi penyerangan terhadap kelompok lain, bahkan hingga tewas yang diserang tersebut, maka kita bisa bertanya, apakah kata hatinya juga berperan di dalam keadaan ini. Jika kita menggunakan realitas empiris, maka saya berkeyakinan bahwa di dalam berbagai tindakan kekerasan tersebut pastilah tidak didasari oleh ungkapan “kata hati”.

 Rasulullah adalah contoh yang baik di dalam kehidupan ini. Beliau adalah sosok yang memang bisa dijadikan contoh. Al Qur’an juga menyatakan bahwa “laqad kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah”. Atau artinya “sesungguhnya bagi kamu rasulullah adalah teladan yang baik”. Rasulullah adalah contoh yang baik tentang “besaran kasih sayang dan cinta kepada umatnya”. Bahkan itu dibuktikannya ketika beliau akan wafat. Beliau relakan dirinya menanggung sakit luar biasa ketika akan dicabut rohnya. Akan  tetapi justru beliau menyatakan bahwa yang beliau lakukan adalah sebagai tebusan agar umatnya tidak merasakan sakit akibat tercabutnya roh dari badannya.

Bahkan karena tindakannya itu, maka beliau kemudian digaransi oleh Allah, bahwa makhluk Allah yang terlebih dahulu akan masuk surga adalah umat Muhammad saw dan baru setelah itu adalah umat-umat lainnya. Rasulullah tidak hanya menyayangi umatnya ketika beliau sehat,  akan tetapi juga sampai menjelang ajalnya.

Di dalam sebuah cerita juga dinyatakan bahwa rasulullah itu menyayangi umat manusia bukan hanya karena agamanya. Atau hanya mencintai umat yang Islam saja. Akan tetapi juga menyayangi umat yang beragama Majusi. Di dalam kisah dinyatakan bahwa setiap hari rasulullah menyuapi makanan kepada orang buta dan tua yang beragama bukan Islam. Beliau suapi orang itu dengan penuh kasih sayang dan orang itu tentu tidak tahu bahwa yang menyuapinya adalah rasulullah.

Maka ketika rasulullah  uzur untuk melakukan tugasnya dan dilakukan oleh orang lain, maka orang tua itu berkata, bahwa yang menyuapinya itu bukan yang biasanya menyuapinya. Sungguh rasulullah melakukannya dengan seluruh hati dan perasaannya, yang ternyata tidak bisa digantikan oleh orang lain.  Begitulah rasulullah memperlakukan manusia bukan dilihat dari agamanya atau lainnya akan tetapi dari sisi kemanusiaannya.

Jika rasulullah adalah teladan yang baik di dalam kasih sayang, kenapa kita sebagai umatnya tidak melakukan juga kasih sayang kepada manusia lainnya. Semestinya, tindakan rasulullah itu menjadi bagian dari perilaku kita.

Ketika kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, maka yang sebenarnya harus diteladani adalah bagaimana rasulullah mencintai sesama manusia dengan kasih sayang dan cinta yang luar biasa. Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw akan bermakna jika kita meneladani orang hebat yang menjadi ikon kehidupan manusia ini.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini