• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TEOLOGI SAMPAH

Saya bukan ahli teologi, tetapi rasanya saya perlu untuk menulis sebuah pengantar –benar-benar pengantar—tentang teologi sampah. Selama ini sampah menjadi musuh masyarakat dan pemerintah. Sampah yang sesungguhnya adalah produk manusia, akan tetapi kemudian menjadi musuhnya sendiri. Tumpukan sampah yang menggunung kemudian menjadikan wilayah itu sangat kotor dan bahkan menjijikkan. Baunya yang busuk dan menyengat  tentu membuat orang merasakan tidak nyaman.  Makanya, di mana-mana sampah dimusuhi orang. Meskipun ada juga yang memanfaatkan sampah untuk mengais rejekinya.

Tidak jarang juga terjadi demonstrasi untuk menuntut pemerintah agar memanej sampah yang mengganggu. Di kota-kota besar memang sampah menjadi masalah social yang tidak kunjung berhenti.  Sampah  yang dihasilkan oleh rumah tangga di kota-kota jumlahnya jauh melebihi kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berton-ton sampah  dikirim ke TPA,  sehingga sampah lalu menggunung.  Yang menyesakkan tentu saja adalah sampah basah yang  baunya  sangat busuk menusuk hidung.

Berbagai usahapun dilakukan untuk mengatasi  masalah sampah. Anggaran bermilyar-milyar pun dikucurkan untuk mengatasi problem sampah ini. TPA  pun dibangun di setiap sudut kota. Hal itu tentu terkait dengan upaya agar sampah tidak tercecer di mana-mana dan dapat diminimalisir dampak buruknya.

Tradisi membuang sampah di kalangan masyarakat kita memang belum baik. Masyarakat masih sering membuang sampah seenaknya. Tidak hanya masyarakat strata menengah ke bawah saja yang berperilaku membuang sampah seenaknya, akan tetapi juga masyarakat kelas atas. Masih banyak dijumpai orang membuang sampah dari mobil ketika melaju di jalanan. Orang juga membuang sampah seenaknya di tempat-tempat umum. Meskipun ada tempat sampah, tetap saja mereka membuang sampah di mana-mana.

Aturan  tentang perilaku membuang sampah pun sudah ada. Bahkan denda puluhan juta atau kurungan berbulan-bulan juga sudah diancangkan. Akan tetapi tetap saja masyarakat tidak mengindahkannya.  Seakan-akan hukuman itu tidak ada maknanya. Bahkan juga sering diselenggarakan kegiatan pro yustisia untuk mengatasi perilaku pembuangan sampah ini.  Namun demikian, perilaku pembuang sampah juga belum berubah secara signifikan.

Tentu saja berbeda dengan Singapura yang memang sangat keras menerapkan aturan tentang sampah ini.  Di Singapura perilaku pembuangan sampah sudah sangat baik. Masyarakat sudah memiliki kesadaran yang sangat tinggi tentang persampahan. Sudah tidak ada lagi perilaku menyimpang di dalam membuang sampah.  Penegakan hukum yang dipadukan dengan pemenuhan infrastruktur sampah ternyata mampu mengubah perilaku membuang sampah di kalangan masyarakat.

Tidak hanya pemerintah yang sibuk tentang urusan sampah ini. Akan tetapi juga masyarakat. Makanya, banyak dijumpai usaha-usaha untuk mengeliminir  dampak negatif sampah ini. Usaha tersebut dilakukan dengan mendaur ulang sampah untuk menjadi suatu produk yang bermanfaat. Di Surabaya sudah banyak usaha  yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendaur ulang sampah. Di kelurahan Jambangan, misalnya sudah terdapat usaha untuk mendayagunakan sampah agar menjadi produk bermanfaat. Sampah basahnya bisa diolah untuk menjadi pupuk organic dan sampah keringnya bisa dijadikan sebagai produk-produk lain yang bermanfaat.

Di dalam agama Islam, terdapat teks yang diyakini sebagai ajaran normative tentang pentingnya berperilaku bersih dan sehat. Misalnya, teks yang berbunyi “al nadhafatu min al iman” atau “kebersihan adalah sebagian iman” . Makanya,  teks ini mestinya menjadi panduan bagi masyarakat Islam untuk berperilaku bersih dan sehat. Hanya sayangnya bahwa masih ada kesenjangan antara teks ajaran agama dan kenyataan empirisnya.

Bukan mengada-ada, akan tetapi senyatanya terdapat teks ajaran Islam yang bisa dijadikan sebagai pijakan untuk menentukan terhadap keberadaan teologi sampah ini. Di antara teks itu adalah “tidaklah sia-sia Allah menciptakan sesuatu” (Surat Al Baqarah) .  Jika dinalar lebih jauh maka memang tentu selalu ada logikanya bahwa pasti ada manfaatnya ketika Allah menciptakan sesuatu. Di ayat lain dinyatakan:  “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” ( Qs. Ad Dukhaan : 38-39 ).

Sampah sebagai keniscayaan bagi kehidupan manusia maka dipastikan juga ada manfaatnya.  Ketika Allah menciptakan manusia past juga berbarengan dengan sunnatullah lainnya yang berupa sampah tersebut. Maka ketika kemudian muncul sampah sebagai produk manusia, maka tentunya juga terdapat manfaat sampah tersebut bagi manusia. Tidak ada yang sia-sia dari ciptaan Allah.

Hanya saja  untuk menjadikan sampah berbuah  rupiah, atau sampah menjadi berkah, atau sampah menjadi berfaedah tentu membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Jadi, secara teologis Tuhan menciptakan manusia dengan sampahnya pastilah memiliki makna tertentu.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini