DARI SAMPAH MENJADI BERKAH
Judul tulisan ini saya ambil dari acara pagi televisi yang membahas tentang wirausahawan muda yang memanfaatkan barang bekas yang terbuat dari plastik. Ada botol plastik, ada gelas plastik dan seluruh barang bekas yang terbuat dari plastik. Anak muda ini menemukan mesin penghancur benda-benda yang terbuat dari plastik. Alat ini diciptakan sendiri setelah yang bersangkutan dalam waktu yang lama menjadi pekerja di perusahaan yang memproduksi alat-alat penghancur bebda-benda yang terbuat dari plastik. Dia tidak hanya ingin menjadi pekerja selamanya, akan tetapi dia mewujudkan mimpinya agar menjadi penemu. Dan mesin penghancur benda-benda yang terbuat dari plastic adalah temuannya.
Tentu tidak mudah untuk menggapai cita-citanya ini. Alasan modal tentu menjadi penyebab utama. Maka dia pun beberapa kali ditolak oleh bank guna memperoleh kredit untuk modal pembuatan mesinnya. Sampai suatu ketika dia memperoleh pinjaman modal untuk membiayai usahanya. Melalui mesin yang diciptakannya, maka dia berwirausaha sampah plastik. Usahanya pun berhasil. Selain dia membuat mesin penghancur plastic, juga berusaha untuk menciptakan barang-barang dengan berbagai jenis. Ada alat untuk meratakan lem, sendok plastik, garpu plastic, mainan palstik dan sebagainya.
Mesin yang dia buat tentu perlu dijual agar bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Makanya orang yang membeli alatnya kemudian dilatih untuk mengaplikasikan mesin tersebut dan sekaligus usaha yang menyertainya. Jadi, dia juga menjadikan pembeli mesinnya agar menjadi pengusaha baru. Dia telah merasakan betapa getirnya ketika memulai usaha dan ditolak oleh orang lain. Maka dia ingin agar orang lain tidak merasakan hal yang sama dengannya.
Anak muda ini ternyata bisa membuat mesin modern untuk penghancur sampah plastik. Kemudian juga memberdayakan para pembeli mesinnya untuk menjadi wirausahawan dan juga bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Para pemulung yang selama ini dijerat oleh pengepul barang bekas, maka bisa dientaskan. Mereka bisa diberdayakan.
Mendengarkan penuturan pengusaha muda Indonesia ini, maka saya melihat ada optimisme tentang dunia pekerjaan yang selama ini membelit para pemuda kita. Pertumbuhan tenaga kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan peluang kerja. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun, sementara pertumbuhan peluang kerja sangat terbatas. Dan yang menyedihkan bahwa banyak pengangguran yang justru kaum terdidik. Banyak di antaranya yang lulusan pendidikan tinggi. Dan menurut penuturan, Nina Sarjunani, Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas, bahwa penyumbang terbesar tenaga terdidik penganggur adalah ilmu-ilmu sosial dan agama. Dengan kata lain, bahwa terdapat rendahnya korelasi antara lulusan ilmu sosial dan agama dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika di sini masalahnya, maka menjadi tugas bagi institusi pendidikan untuk memantapkan basis soft skilled bagi para alumninya.
Maka, salah satu upaya untuk menjembatani kesenjangan dunia kerja dengan dunia pendidikan adalah program kewirausahaan. Berangkat dari realitas empiris seperti itu, maka apa yang dilakukan oleh pengusaha muda ini menjadi relevan. Dia memiliki jiwa penemu, mental baja, pantang menyerah dan jiwa sosial yang luar biasa. Maka dunia pendidikan seharusnya bisa menghadirkan orang seperti ini.
Kesadaran seperti ini, sesungguhnya sudah menjadi ada di dalam benak para pengambil kebijakan. Misalnya, Deirektur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama sudah menyelenggaraan pelatihan bagi sejumlah dosen agar menjadi penyemai kewirausahaan di Pendidikan Tinggi Agama Islam (PTAI). Kemudian didalam kerjasama antara Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) dengan Bank Mandiri juga sudah melakukan hal yang sama. Kemudian, melalui Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (FPPTAIN) juga sudah menjajagi kerjasama dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Saat ini sedang dirumuskan model pemberdayaan kewirausahaan tersebut. Diharapkan nantinya akan ada kerja sama antara Kementerian Agama dengan Bank BTN. Ini semua dilakukan agar kelak kemudian hari akan muncul jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa.
Jiwa wirausaha inilah yang diimpikan oleh Ciputra dalam pernyataanya bahwa enterpreuner adalah orang yang bisa mengubah sampah menjadi rupiah. Dalam bahasa lain dinyatakan dari sampah menjadi berkah.
Wallahu a’lam bi al shawab.
